Jumat 06 Mar 2015 14:59 WIB

Polisi Korsel Selidiki Pelaku Penyerangan Dubes AS

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ilham
Aparat keamanan mengamankan Kim Ki-Jong, aktivis pro-unifikasi Korea, yang menyerang dubes AS untuk Korea Selatan, Mark Lippert, di Seoul, Korea Selatan, Kamis (5/3).
Foto: Reuters/Kim Ju-sung/Yonhap
Aparat keamanan mengamankan Kim Ki-Jong, aktivis pro-unifikasi Korea, yang menyerang dubes AS untuk Korea Selatan, Mark Lippert, di Seoul, Korea Selatan, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Polisi Korea Selatan terus menyelediki kemungkinan pelaku penyerangan pisau pada Dubes AS dengan pelaku penyerangan yang sering mengunjungi Korea Utara. 

Kepala tim polisi mengatakan, mereka berencana membuat surat perintah penahanan resmi Jumat (6/3) untuk menangkap warga Korea yang menyerang wajah Dubes AS Mark Lippert dengan pisau. Polisi mengatakan pelaku Kim Ki Jong telah berkunjung sebanyak tujuh kali ke Korea Utara antara 1999 dan 2007.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan Mark Lippert diserang saat menghadiri forum pembahasan reunifikasi Korea pada Kamis (5/3). Dia mendapatkan 80 jahitan untuk menutup luka di wajahnya. Saat ini dia sudah mulai pulih dan dirawat di Rumah Sakit Seoul. Dia mengatakan, dirinya sudah bersemangat kembali dan berencana segera bekerja setelah pulih.

Wakil Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden Barack Obama, Ben Rhodes, berharap Lippert akan kembali pulih dan melanjutkan pekerjaannya secepat mungkin. Lippert menjalani operasi setelah diserang oleh seorang nasionalis Korea di Seoul pada Kamis (5/3).

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, hingga saat ini belum diketahui motif di balik penyerangan Lippert. Pihaknya pun tidak ingin berspekulasi terkait motif penyerangan. Dilansir dari ABCnews Lippert hanya memiliki satu pengawal bersenjata yang ditugaskan untuk melindunginya ketika serangan terjadi. Selain wajah, dia juga terluka dibagian lengan saat mencoba melawan penyerang.

Para pejabat mengatakan, penjaga yang ditugaskan mengawal Lippert adalah perwira Polri Korea tanpa seragam dan tidak membawa senjata. Semua keamanan pribadi untuk setiap duta diberikan dan diputuskan oleh pusat keamanan regional dan dubes sendiri.

Di kedutaan besar Yaman misalnya memiliki beberapa agen keamanan diplomatik yang dilengkapi dengan kekuatan militer seperti penjaga laut. Setelah serangan terlihat Lippert mengalami pendarahan di wajahnya dan keluar dari gedung.

Penyerang dikenal polisi memiliki potensi ancaman. Dia ditangkap di jalan luar gedung sesaat setelah peristiwa tersebut.

Dilansir dari USnews, Kim Ki Jong sempat meneriakkan Korea Selatan dan Utara harus bersatu sebelum ditangkap. Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyebut insiden ini sebagai serangan ganas meski AS tidak akan terpengaruh dengan ancaman ini.

Kepala Biro Koran Seoul-Jepang, Yomiuri Shimbun mengatakan, insiden tersebut menggambarkan ketegangan antara AS dan Korea Selatan. Wakil AS urusan politik, Wendy Sherman menyalahkan Jepang, China dan Korea Selatan karena ketegangan politik yang terjadi di kawasan tersebut.

Jepang dan Korea Selatan dekat dengan AS. Keduanya memiliki persaingan budaya dan politik yang mendalam satu sama lain dan pernah memiliki sejarah berdarah.

Korea Utara mendapatkan kesempatan untuk menggangu latihan militer bersama AS dan Korea Selatan. Korut mengatakan, serangan terhadap Lippert karena hukuman bagi penghasut perang AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement