Ahad 08 Mar 2015 18:00 WIB

Cina Bantah Tampung Pemimpin Pemberontak Myanmar

Bendera Cina
Bendera Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah propinsi perbatasan Cina, Yunnan, tidak menampung pemimpin pemberontak suku Cina Myanmar dan tidak mendukungnya dalam memerangi pemerintah Myanmar, kata pejabat tinggi propinsi itu pada Sabtu (7/3).

Myanmar menuduh tentara bayaran Cina bertempur dengan pemberontak itu dan mendesak Cina bekerja sama mencegah serangan "teroris", yang dilancarkan dari wilayah Cina.

Pasukan pemberontak dikenal sebagai Tentara Persekutuan Demokratik Bangsa Myanmar (MNDAA) muncul dari sisa Partai Komunis Burma, gerilyawan kuat dukungan Cina, yang memerangi pemerintah Myanmar sebelum terbelah pada 1989.

Dengan dipimpin komandan suku Tionghoa Peng Jiasheng, MNDAA menyetujui gencatan senjata dengan pemerintah hingga 2009, saat pasukan pemerintah mengambil alih wilayah Kokang mereka dalam kemelut, yang membuat puluhribuan mengungsi ke Yunnan.

Peng diyakini mengasingkan diri di Cina dan pengulas menyatakan kekembaliannya baru-baru ini ke Kokang adalah penyebab pertempuran terkini tersebut.

Ketua Partai Komunis Yunnan Li Jiheng kepada wartawan di sela-sela sidang parlemen di Beijing menyatakan ketenangan di perbatasan itu adalah kepentingan propinsi tersebut.

"Cina selalu menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah Myanmar," kata Li.

Peng dan kelompoknya menghasilkan simpati umum di Cina karena mereka suku Tionghoa, memicu kecurigaan bahwa ia menikmati dukungan pemerintah, terutama di Yunnan.

"Kami menentang setiap pertempuran, yang mengakibatkan masalah bagi warga di perbatasan Yunnan," kata Li, merujuk pada sekitar 60.000 orang lari ke Yunnan sejak pertempuran itu berkobar.

"Kami tentu tidak mendukung Peng Jiasheng menentang pemerintah dengan kekuatan senjata.

Kami tidak pernah mendukung kekuatan bersenjata apa pun untuk menentang pemerintah Myanmar. Kami harap pemerintah Myanmar dan Tentara Persekutuan Demokratik Bangsa Myanmar melakukan pembicaraan perdamaian," katanya.

Saat ditanya apakah Peng tinggal di Yunnan sejak 2009 hingga kembali ke Kokang pada tahun ini, Li mengatakan, "Kalimat itu tidak sesuai."

"Saya selalu memerhatikan keamanan perbatasan dan keutuhan wilayah negara kami dan kesejahteraan rakyat. Aku tidak menemukan ia berada di sini selama ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement