Senin 09 Mar 2015 12:09 WIB

Setelah Agresi Israel, Pemuda Gaza Banyak yang Nikahi Iparnya

A Palestinian man carries his sister near tents erected by Palestinians whose houses were destroyed by what witnesses said was Israel shelling during a 50-day conflict last summer, east of Khan Younis in the southern Gaza Strip January 27, 2015. The main U
Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
A Palestinian man carries his sister near tents erected by Palestinians whose houses were destroyed by what witnesses said was Israel shelling during a 50-day conflict last summer, east of Khan Younis in the southern Gaza Strip January 27, 2015. The main U

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Adnan Yassin dan saudara kembarnya, Rashad tak pernah membayangkan sama sekali pada suatu hari salah satu dari mereka mesti menikahi perempuan yang sama karena salah seorang dari mereka meninggal dalam sebuah serangan Israel di GAza.

Adnan dan Rashad Yassin dilahirkan di Kamp Pengungsi Nuseirat di bagian tengah Jalur Gaza. Adnan tetap lajang ketika saudara kembarnya, Rashad, tewas oleh serangan udara Israel selama agresi yang dilancarkan militer Isrel terhadap Jalur Gaza pada musim panas lalu.

Rashad meninggalkan seorang janda dan seorang bayi perempuan yang berusia satu tahun. Adnan sangat sedih kehilangan saudara kembarnya, tapi pada saat yang sama ia memutuskan untuk tidak meninggalkan saudari iparnya dan anaknya sendirian saja.

Setelah mendapat keberanian dan restu keluarganya, ia memutuskan untuk menikahi janda saudara kembarnya.

"Saudara saya, Rashad, lima menit lebih tua dari saya," kata Adnan kepada Xinhua, Senin (9/3).

Ketika saudaranya meninggal, ia sangat sedih dan merasa separuh dirinya telah hilang.

"Lalu, saya merasa sangat prihatin dengan jandanya dan putrinya. Saya benar-benar tidak mengerti, suatu hari ia akan pergi dan saya akan mengurus keluarganya," kata Adnan.

Ketika orang tua mendengar mendengar gagasan tersebut, mereka sangat gembira. Pada Februari lalu, pernikahan Adnan dan saudari iparnya dirayakan di Kamp Pengungsi Nuseirat.

Bukan Adnan saja yang melakukan hal tersebut. Dua pemuda dari tempat pengungsian yang sama menikah pada Februari lalu dengan saudari ipar mereka karena para suaminya tewas.

Daerah kantung pantai itu dikenal sebagai masyarakat yang konservatif. Namun, pernikahan janda dengan saudara ipar mereka telah menjadi sangat umum di wilayah tersebut setelah serangkaian agresi militer Israel terhadap Jalur Gaza dalam 10 tahun belakangan.

Menurut data Biro Pusat Statistik Palestina, 6,1 persen perempuan di Palestina berstatus janda. Sedangkan di Jalur Gaza ada 17 persen janda dari jumalh seluruh perempuan.

Dalam agresi terakhir militer Israel yang berlangsung selama 50 hari, sebanyak 2.200 orang Palestina tewas dan lebih dari 11.000 orang lagi cedera. Menurut data resmi Kementerian Kesehatan Palestina, di antara korban terdapat perempuan dan anak kecil, serta pemuda, sebagian baru saja menikah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement