Senin 09 Mar 2015 15:55 WIB

Media Sosial Bantu Pemasaran Produk Petani Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Media sosial bisa menjadi medan pertempuran opini publik. Namun, salah seorang pakar media sosial mengatakan, para petani di Australia justru mulai menggunakannya untuk keuntungan mereka.

Lukas Humble, dari lembaga ‘Italic Creative’ di Queensland, mengatakan, kontroversi terbaru seperti skandal Hepatitis A dari buah beri beku telah menciptakan peluang bagi para produsen untuk menjangkau konsumen.

Ia juga mengatakan, jika para petani cukup pintar menanggapi hal itu, mereka bisa menggunakan media sosial untuk mempromosikan praktik bisnis mereka sendiri. Bahkan lebih dari itu, mendidik konsumen tentang kesejahteraan hewan.

"Media sosial adalah sistem ‘dari mulut ke mulut’ digital, jadi apa yang harus anda pikirkan adalah percakapan. Jika Anda terus mempromosikan diri dengan mengatakan 'saya melakukan ini, saya melakukan itu, saya bagus dalam hal ini, saya luar biasa dalam bidang itu’, maka tak lama lagi orang akan berpaling dari anda,” jelas Lukas baru-baru ini.

Ia menerangkan, "Apa yang benar-benar anda perlu lakukan adalah memastikan apa yang dibutuhkan masyarakat dan memberikan informasi yang relevan.”

"Jika kita mengangkat isu beri beku yang terbaru, itu adalah kesempatan yang sempurna bagi para pesaing untuk datang dan menyampaikan latar belakang bisnis dan kualitas produk mereka," tambahnya.

Lukas mengatakan, para petani bisa mengambil untuk dari publisitas negatif yang mengelilingi isu tertentu, seperti masalah kesehatan dengan buah impor, untuk menunjukkan keunggulan produk mereka.

Ia menyebut, kekuatan media sosial juga bisa digunakan untuk mendidik masyarakat tentang isu-isu kesejahteraan hewan, dan menantang persepsi penyalahgunaan hewan di peternakan.

Lukas mengatakan, cara sukses yang bisa dilakukan peternak adalah dengan memasang foto-foto hewan dan menulis profil serta kararkter hewan yang bisa terhubung dengan para pembaca.

"Ayam bisa diberi nama, dibuatkan profil ... Anda bahkan bisa menyebut apa yang mereka suka dan tidak suka. Mungkin seperti ‘suka berjalan di sepanjang pantai’ atau ‘memiliki goresan di bawah dagu’, [memberikan] sesuatu yang membuat orang terhubung dengannya sebagai makhluk hidup, bukannya produk," kemukanya.

Lukas mengungkapkan, petani juga harus siap untuk menerima kritik di media sosial, dan untuk menanggapi hal itu.

"Jangan terjebak dalam perdebatan, tapi saya akan meladeni tanggapan apapun, baik positif dan negatif. Jika Anda mendengar, orang memahami bahwa Anda memiliki keinginan yang mendalam untuk memastikan konsumen teredukasi dan memilih produk yang tepat," utaranya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement