Senin 09 Mar 2015 18:30 WIB

Inggris Buat Larangan Penerbangan ke Irak dan Suriah

Rep: c65/ Red: Ani Nursalikah
Britain's Prime Minister David Cameron speaks as he stands in front of a new Conservative Party poster, after unveiling it at Dean Clough Mill in Halifax, northern England January 2, 2015.
Foto: Reuters/Phil Noble
Britain's Prime Minister David Cameron speaks as he stands in front of a new Conservative Party poster, after unveiling it at Dean Clough Mill in Halifax, northern England January 2, 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan memperkenalkan undang-undang baru pada Selasa (10/3) untuk menghentikan penerbangan ke Suriah dan Irak. Hal itu dilakukan sebagai upaya menghindari warga Inggris bergabung dengan militan ISIS.

Sebelumnya, 600 warga Inggris pergi ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan kelompok radikal tersebut. Menteri Dalam Negeri Theresa May mengatakan undang-undang baru yang diusulkan akan mampu mencegah kepergian warganya, terutama remaja.

Dengan begitu, kata May, orang-orang akan kesulitan pergi membela ISIS dan kembali lagi ke negaranya seolah tidak terjadi apa-apa, seperti yang dilakukan beberapa orang sebelumnya.

"Hal ini juga akan meningkatkan kemampuan kita memonitor dan mengontrol tindakan orang-orang yang menimbulkan ancaman," tambahnya.

Aturan ini memaksa perusahaan penerbangan meminta izin untuk membawa penumpang tersebut. Secara otomatis, penumpang yang tercatat sebagai wisatawan memiliki resiko tinggi dapat dihentikan sebelum naik pesawat.

Keputusan ini juga merupakan upaya Inggris menghenikan pejuang asing masuk Suriah melalui penerbangan komersial. Seperti diketahui, tiga siswi London melarikan diri dari Inggris untuk bergabung dengan ISIS melalui Turki.

Penerbangan Turki mengatakan akan membantu penyelidikan pemerintah untuk menyelesaikan kasus tersebut meski hanya sebatas pemeriksaan visa.

Perdana Menteri David Cameron juga mendesak perusahaan internet berbuat lebih banyak dalam mengatasi ekstremisme online. Sebelumnya terungkap tiga gadis menggunakan Twitter untuk menghubungi perempuan lain yang terlibat dengan ISIS.

Hal itu juga diakui Koordinator Nasional Senior Inggris Penanggulangan Terorisme Helen Ball. Ia mengakui sedikitnya 22 keluarga di Inggris telah melaporkan anak gadisnya hilang tahun lalu. Mereka meyakini anak gadis dan perempuan muda tersebut telah melakukan perjalanan ke Suriah.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement