Rabu 11 Mar 2015 05:15 WIB

Bantu ISIS, Irak Tangkap Penasihat Militer Amerika dan Israel

Rep: C94/ Red: Satya Festiani
Militan ISIS ketika menguasai sebuah kota.
Foto: AP Photo
Militan ISIS ketika menguasai sebuah kota.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pasukan anti-terorisme Irak dikabarkan menangkap empat penasihat militer asing Amerika dan Israel saat tengah berada di wilayah ISIS selama akhir pekan.

Menurut Iran Tasnim News Agency (TNA), tiga dari penasihat dilaporkan membawa AS dan paspor Israel, sementara keempat diidentifikasi sebagai warga negara dari negara Arab di Teluk Persia.

Menurut TNA, empat penasehat ditangkap di provinsi Nineveh di Irak setelah pasukan anti-teroris Irak melancarkan operasi dengan nama sandi "Operasi Scorpion Sting" akhir pekan lalu. Operasi menargetkan markas Negara Islam yang terletak di provinsi, dari mana ISIS diduga koordinat dalam kegiatan di Nineveh.

Pasukan keamanan Irak menemukan empat penasehat militer di dalam wilayah pangkalan ISIS. Mereka kemudian ditangkap lalu dibawa ke sebuah fasilitas keamanan di Baghdad.

Seperti yang dilansir reuters, anggota parlemen Iran  Seyed Hosseini Fathollah dengan cepat berbicara tentang penangkapan penasihat tersebut. Ia mendesak PBB agar segera menindak AS.

"PBB tidak boleh tinggal diam atas kehadiran komandan militer Amerika di markas teroris," kata Hosseini TNA dalam wawancara terpisah.

Lain Iran MP, Mohammad Saleh Jokar, menuduh Amerika Serikat sengaja membantu ISIS dan memiliki motif alterior dalam memimpin koalisi terhadap Negara Islam.

Diketahui, hubungan antara Amerika Serikat dan pemerintah Irak telah tegang sejak Baghdad melancarkan serangan besar-besaran pekan lalu untuk merebut kembali Tikrit dari unsur ISIS.

Menurut New York Times, perbedaan pendapat telah muncul antara Washington dan Baghdad mengenai jadwal Amerika untuk serangan terhadap keterlibatan ISIS dan Iran dalam operasi saat ini di Tikrit.

Pejabat pemerintah Irak dilaporkan frustrasi, apa yang mereka gambarkan kecepatan "lamban" di mana AS berencana ofensif untuk membebaskan Mosul di Irak Barat. Sementara AS khawatir keterlibatan Iran akan menghidupkan kembali sektarian antara Muslim Sunni dan Syi'ah di Irak yang sebelumnya ISIS telah mengambil keuntungan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement