Rabu 11 Mar 2015 20:22 WIB

Rupiah Loyo, Harga Makanan dan Minuman Olahan Akan Melonjak

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Produk makanan olahan.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Septianda Perdana
Produk makanan olahan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah terhadap dolar AS berpengaruh kepada industri makanan dan minuman. Ketua Umum Gabungan Asosiasi Industri Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan, apabila rupiah terus melemah maka industri makanan dan minuman akan menaikkan harga.  

"Kita akan menunggu sampai dua pekan ke depan, kalau memang tidak ada perubahan maka kita akan revisi harga," ujar Adhi ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Rabu (11/3).

Adhi mengatakan, besaran kenaikan harga tergantung dari bahan baku yang digunakan, pasalnya hampir semua bahan baku di industri makanan dan minuman masih impor. Diantaranya bahan baku gula dan terigu masih impor 100 persen, serta susu dan kedelai masing-masing impor 70 persen.

Menurut Adhi, pelaku industri makanan dan minuman khawatir apabila dolar AS menguat sampai Rp 14 ribu maka akan ada perubahan harga yang tinggi. Sedangkan, daya beli masyarakat semakin menurun.

"Kita perkirakan kenaikan harga antara lima persen sampai sepuluh persen, tapi kalau dolar AS naik lagi sampai Rp.14 ribu kenaikan harga bisa mencapai 15 persen," kata Adhi.

 

Adhi mengatakan, industri makanan dan minuman skala menengah dan besar masih mempunyai daya tahan karena ada stok bahan baku dan stok distributor hingga tiga bulan mendatang. Namun, apabila rupiah terus melemah maka industri menengah dan besar lambat laun juga akan berpengaruh sehingga harga penjualan meningkat.

Untuk saat ini pelaku industri makanan dan minuman berupaya mengurangi dan menekan biaya produksi. Adhi mengatakan, pihaknya telah menyampaikan usulan kepada pemerintah agar segera menstabilkan nilai rupiah.

Dengan demikian, industri makanan dan minuman bisa mendapatkan bahan baku dengan harga wajar serta daya beli masyarakat dapat terjaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement