Kamis 12 Mar 2015 02:11 WIB

Kisah Xiao, Ayah yang Kehilangan Anaknya Karena Perdagangan Manusia

Rep: C23/ Red: Winda Destiana Putri
Perdagangan manusia/ilustrasi
Foto: flarenetwork.org
Perdagangan manusia/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kasus perdagangan anak atau human trafficking bukan hanya terjadi di Indonesia. Bahkan, di Cina angka perdangangan anak tumbuh dengan pesat. Salah satunya kisah pilu kehilangan anak datang dari Xiao Chaohua.

Beberapa hari sebelum perayaan Imlek tahun 2007 silam, Xiao Chaohua seorang buruh di toko pakaian kecil, kawasan industri Huizhou, Cina membawa anaknya yang masih berusia lima tahun, Xiaosong pergi ke sebuah pantai. Disana mereka banyak melakukan aktifitas bersama.

"Dia sangat gembira hari itu," kenang ayahnya, seperti dikutip BBC, Kamis (12/3). Bahkan ia pun mengaku banyak mengabadikan gambar anaknya tersebut melalui ponselnya. Setelah itu, mereka mengendarai sepeda motor dan kembali ke rumah.

Sekitar pukul 7 malam waktu setempat, saat senja jatuh, Xiaosong meminta uang pada ayahnya untuk membeli makanan ringan kesukaannya berupa susu manis di toko kelontong yang terletak di sudut jalan. Saat itu, diakui oleh Xiao, dirinya tidak memiliki firasat apa-apa setelah memberikan uang kepada anaknya.

Namun malang, saat itu adalah saat terakhir dirinya melihat anak kesayangannya tersebut. Sejak saat itu, anaknya tak pernah kembali hingga saat ini. Upaya pencarian telah dilakukan namun nihil.

Sebelumnya diketahui bahwa perdagangan anak memiliki selalu tumbuh pesat di Cina. Pihak Kepolisian mengatakan ada sekitar 20 ribu kasus penculikan anak-anak di sana setiap tahunnya. Kejahatan ini berdampak buruk karena memisahkan orang tua dengan anak-anak mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement