REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wilayah Afrika Barat rata-rata akan kehilangan sedikitnya 3,6 miliar dolar AS per tahun antara 2014 dan 2017, sebagai konsekuensi dari dampak Ebola, kata satu laporan yang disiarkan PBB, Kamis (12/3).
Akibat penurunan perdagangan, penutupan perbatasan, pembatalan penerbangan serta berkurangnya penanaman modal asing dan kegiatan pariwisata, wilayah itu secara keseluruhan akan kehilangan pertumbuhan domestik bruto serta kemerosotan 18 dolar penghasilan per kapita per tahun selama masa itu, kata laporan tersebut --yang berjudul "Socio-economic impact of Ebola in West Africa".
"Konsekuensi Ebola sangat luas," kata Abdoulaye Mar Dieye, Direktur Biro Regional untuk Afrika di Program Pembangunan PBB (UNDP), sebagaimana dikutip Xinhua, Jumat (13/3).
"Pemikiran negatif, penghindaran resiko dan penutupan perbatasan telah mengakibatkan sangat banyak kerusakan, mempengaruhi ekonomi dan masyarakat di sejumlah besar negara di seluruh sub-wilayah tersebut."
Laporan itu juga mengatakan tindakan bagi pencegahan wabah pada masa depan harus meliputi diperkuatnya sektor kesehatan di seluruh wilayah tersebut, diciptakannya pusat regional bagi pemantauan dan pencegahan penyakit dan pembentukan sistem peringatan dini dan penanganan bencana.
Menurut data baru yang disiarkan pada Kamis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10.004 orang telah meninggal akibat penyakit tersebut di Sierra Leone, Liberia dan Guinea. Dan lebih dari 24.350 orang telah terinfeksi. Sementara itu lebih dari 24.350 orang telah tertular penyakit itu.
PBB pada Rabu mengumumkan WHO dan Program Pangan Dunia (WFP) menggabungkan kekuatan untuk menurunkan wabah Ebola di Afrika Barat ke titik nol.
Awal Maret, WHO meluncurkan percobaan vaksinasi Ebolanya di Guinea untuk menguji apakah vaksin itu adalah cara yang efektif guna mencegah penyebaran Ebola.