REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Seorang ibu asal Chechnya di Belanda membawa paksa dua anaknya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Kejaksaan Belanda, Senin (16/3), mengatakan pemaksaan anak untuk mengikuti ISIS itu menjadi kasus pertama di negeri Kincir Angin.
Ibu tersebut berumur 33 tahun dan identitasnya belum dikenali. Dua anaknya yang berkebangsaan Belanda berumur tujuh dan delapan tahun tersebut tercatat tinggal di kota Maastricht bagian selatan, namun tidak pernah terlihat lagi sejak 29 Oktober 2014.
Menurut kejaksaan, pemerintah dan ayah kedua anak tersebut, yang berkebangsaan Belanda dan telah bercerai dari sang istri, tidak bisa mencegah perempuan itu pergi ke luar negeri.
Sebelumnya, kepala sekolah Islam tempat anak-anak tersebut mengenyam pendidikan telah memperingatkan sang ayah mantan istrinya itu memiliki tiket untuk menerbangkan dirinya sendiri dan dua anaknya ke Yunani.
Saat ini mereka diyakini berada di Raqqa, benteng pertahanan ISIS di timur laut Suriah.
Dia diyakini menyeberangi Eropa dengan menggunakan paspor palsu dan dibantu oleh perekrut asing, karena perempuan tersebut berhasil menghindari surat perintah penangkapan internasional.
Pihak kejaksaan menyatakan mereka sedang menyelidiki kasus ini.
Belasan keluarga beserta anaknya telah meninggalkan Belanda sejak dua tahun lalu untuk bergabung dengan ISIS. Namun tidak pernah tercatat ada kasus pemaksaan untuk hal ini sebelumnya.
Kementerian Kehakiman mengatakan total ada 180 warga muslim Belanda yang berangkat menuju Suriah. Di antara jumlah tersebut, 35 orang kembali ke kampung halamannya dan 21 tewas dalam pertempuran.