REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Heri Efendi menyatakan, pemberian bantuan untuk warga Gaza tidak bisa optimal dengan kondisi Sinai Utara yang tidak kondusif. Kondisi tersebut pun memicu penutupan perlintasan Rafah oleh pemerintah Mesir.
"Rafah adalah urat nadi kehidupan untuk masyarakat Palestina di jalur gaza. Karena dari lima titik perbatasan dengan Israel sangat sulit bisa mendapatkan kebutuhan pokok dan kesehatan," ujar Heri kepada ROL, Rabu (18/3).
Warga Rafah yang berada di sisi selatan Jalur Gaza dikabarkan kesulitan mendapatkan akses rumah sakit akibat blokade tersebut. Terkait hal itu, Heri memahami adanya penumpukan pasien. Ini karena, sebelumnya andalan warga setempat untuk mendapatkan layanan kesehatan adalah ke Mesir.
"Ketika perlintasan ditutup otomatis akan menumpuk di wilayah Rafah, Palestina," ujar Heri.
Pihaknya mengaku untuk membangun rumah sakit sesuai permintaan HAMAS tentu tidak mudah. "Kawan-kawan Mer-C saja belum selesai," ujar Heri.
Akan tetapi, ia mengaku akan mengupayakan pembangunan rumah sakit jika dirasa sangat perlu. Di luar itu, bantuan lain seperti penerangan dan klinik kesehatan telah disampaikan.
"Kalau level rumah sakit mungkin cukup lama prosesnya sehingga proyek itu tidak bisa dirasakan masyarakat dalam waktu cepat," ujarnya.