Rabu 18 Mar 2015 18:03 WIB

Aurora Australis Hiasi Langit Australia dan Selandia Baru

Rep: melisa riska putri/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu akun Twitter yang memuat foto aurora australis, Selasa (17/3)
Foto: abc news
Salah satu akun Twitter yang memuat foto aurora australis, Selasa (17/3)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Cahaya warna-warni tampak berputar dan meliuk menjadi pertunjukan mengagumkan di langit Australia dan Selandia Baru, Selasa (17/3) malam waktu setempat. Bahkan, tampilan cahaya alami tersebut sempat menghebohkan media sosial warga setempat.

Kegembiraan tampak terpancar dari para pengguna sosial media. Banyak di antaranya yang menyaksikan tampilan cahaya tersebut berlomba-lomba menunggah foto penampakan cahaya yang disebut Aurora tersebut.

Seperti yang dilakukan Ian Griffin melalui akun Twitternya @iangriffin. Ia mengunggah beberapa gambar penampakan aurora yang dilihatnya dengan disertai keterangan.

"Pergi tidur lebih awal tadi malam? Anda melewatkan salah satu! Gambar diambil pukul 10.40 PM #Dunedin #astronomy #aurora," tulisnya.

Hal sama juga terjadi di berbagai akun instagram. Seperti yang dilakukan Reuben. Dalam akun instagramnya @reube69, ia mengunggah tujuh foto Aurora Australis hasil bidikannya.

"Aurora Australis. 17 Maret. #aurora #auroraaustralis #twizel #tekapo #stars #newzaeland #purenewzaeland #beams #road #water #milkway" tulis Reuben dalam keterangan di salah satu gambarnya.

Seperti diberitakan laman Herald Sun, Rabu (18/3), aurora merupakan pertunjukan ajaib alam dengan permainan cahaya. Aurora biasa disebut cahaya utara (Aurora Borealis) dan cahaya selatan (Aurora Australis).

Aurora dapat terjadi pada ketinggian 70 sampai 600 kilometer, tapi kebanyakan aurora terjadi pada ketinggian 100 sampai 300 kilometer. Namun, dapat dilihat dari daratan atau dari angkasa.

Munculnya cahaya berwarna di langit-langit tersebut diakibatkan adanya interaksi partikel bermuatan dari matahari. Biro Metereologi Australia menjelaskan, fenomena tersebut disebabkan ketika elektron bermuatan listrik dan proton mempercepat turunnya garis-garis medan magnet bumi dan bertabrakan dengan atom netral di atmosfer.

"Tabrakan ini menyebabkan atom netral berpendar, memancarkan cahaya dalam berbagai panjang gelombang yang berbeda. Warna aurora paling umum adalah merah dan hijau, yang disebabkan oleh fluoresensi atom oksigen. Sedangkan atom nitrogen dapat melepaskan cahaya kebiruan-ungu ke dalam campuran," katanya dikutip dari ABC News, Rabu (18/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement