REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Para pemimpin Palestina memperingatkan kemenangan telak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuktikan Israel bukan pihak yang menginginkan perdamaian.
Para pemimpin Palestina juga memperingatkan kondisi tersebut menandakan tidak akan tercipta perdamaian di Palestina jika Netanyahu menang kembali.
Kepala perunding Palestina, Saeb Erekat mengatakan, hasil pemilu membuktikan Palestina akan sulit menemukan jalan perdamaian. Penyebabnya, Netanyahu dianggap bukan mitra yang baik dalam menciptakan perdamaian di Palestina.
"Jika AS serius tentang perdamaian, maka mereka seharusnya menekan Israel," kata Erekat dalam sambutannya pada Suara resmi Palestina Radio seperti yang dikutip laman HYPERLINK "http:onislam.net"onislam.net, Kamis (19/3).
Menurutnya, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi umat yang berada di seluruh dunia untuk memberikan perlindungan kepada rakyat Palestina. Dalam hal ini, lanjutnya, termasuk Amerika Serikat dan Kongres Amerika.
Dengan 99,5 persen suara yang telah dihitung, Likud dinyatakan memenangkan 29-30 kursi di antara 120 anggota Knesset. Hal ini berarti mereka secara langsung telah mengalahkan oposisi Zionis Union yang hanya memiliki 24 kursi.
Hasil dramatis itu diikuti berbagai media setelah Netanyahu membuat serangkaian janji. Netanyahu dilaporkan telah memberikan berbagai janji yang kelak akan menopang dasar Likud. Oleh sebab itu, pemilih dari partai-partai sayap kanan dan nasionalis lainnya pun tertarik untuk mendukungnya.
Netanyahu juga berjanji akan mengawasi pembangunan permukiman di wilayah pendudukan. Selain itu, dia juga mengatakan tidak akan ada negara Palestina jika ia terpilih kembali.
"Warga Israel mengharapkan kita untuk cepat bekerja untuk dalam permasalahan keamanan dan ekonomi. Dan kami akan melakukannya," tambah Netanyahu.