REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan tiga warga Jepang terbunuh dalam serbuan kelompok bersenjata di museum nasional Tunisia. Dia menjelaskan pernyataan sebelumnya yang menyebut lima korban keliru.
"Sampai saat ini, kami mengetahui ada tiga orang Jepang yang meninggal dan tiga lainnya terluka. Tidak peduli apapun alasannya, terorisme tidak dapat dimaafkan. Kami mengecam keras kejadian ini," kata Abe kepada wartawan, Kamis (19/3).
Abe menambahkan Jepang masih mengumpulkan informasi mengenai kejadian tersebut. Kepala sekretaris kabinet Yoshihide Suga membantah pernyataan Perdana Menteri Tunisia Habib Essid yang mengatakan terdapat lima warga Jepang yang meninggal dalam serangan itu.
Di antara korban luka adalah Noriko Yuki (35 tahun) yang sedang mengunjungi museum bersama ibunya.
"Saya meringkuk dengan kedua tangan melindungi kepala, tapi saya tertembak di telinga, tangan dan leher. Ibu saya yang berada di sebelah tertembak lehernya. Ia tidak bisa bergerak sampai polisi tiba," katanya sambil berada di tempat tidur rumah sakit kepada televisi NHK Jepang.
Serangan pada Rabu itu meningkatkan kekhawatiran dan kepanikan di gedung parlemen yang terletak di sebelah museum nasional Bardo.
Berita mengenai korban dalam serangan tersebut masih simpang-siur di masing-masing negara korban. Tunisia mengatakan korban berasal dari Italia, Kolombia, Australia, Prancis, Polandia dan Spanyol.
Ini untuk kedua kalinya warga Jepang mengalami kekerasan di Timur Tengah setelah dua warga Jepang yang lain dipenggal oleh kelompok radikal ISIS Januari lalu.