REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan solusi dua negara bagi penyelesaian abadi konflik antara Israel dan Palestina mustahil tercapai selama Israel dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Pernyataan Netanyahu yang menentang negara Palestina adalah bukti ketidakseriusan pemerintah Israel mengenai solusi politik yang akan berakhir pada pendirian dua negara," kata Abbas satu hari setelah partai pendukung Netanyahu memenangi pemilihan umum.
Sebelumnya, pada masa kampanye menjelang pemungutan suara, Netanyahu berupaya menggalang dukungan kelompok ekstrem kanan dengan mengatakan dia tidak akan membiarkan Palestina mendirikan negara merdeka.
Selain itu, Netanyahu juga menjanjikan pembangunan ribuan rumah baru bagi warga Yahudi di atas tanah hasil rampasan di Yerusalem Timur.
Menanggapi hal tersebut, Abbas mengatakan rakyat Palestina akan secara sepihak terus berupaya memperoleh pengakuan internasional sebagai negara merdeka melalui badan-badan internasional seperti PBB. "Ini adalah hak kami untuk pergi ke bagian dunia manapun demi memperoleh pengakuan internasional," kata Abbas.
Pemimpin Palestina itu juga menunjuk pada kemungkinan bergabungnya tokoh Avigdor Lieberman dalam pemerintahan baru yang akan dibentuk Netanyahu.
Lieberman adalah pemimpin partai ultranasionalis Habayit Hayehudi, yang selama masa kampanye menyerukan penyingkiran terhadap warga Palestina dan bangsa Israel berkewarganegaraan Israel.
Abbas mengatakan Lieberman telah menyatakan seruan rasis untuk membunuh kelompok Arab-Israel. Tuduhan Abbas bukan tanpa dasar, bulan lalu muncul laporan media, yang menyebut perkataan Lieberman semua penduduk Arab-Israel yang tidak setia terhadap negara Yahudi harus dipenggal kepalanya.