REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Salah satu tersangka serangan museum Bardo di Tunisia, Yassine al Abidi dilaporkan bekerja sebagai agen pariwisata. Rekan dan keluarganya terkejut ketika al Abidi dinyatakan sebagai tersangka dan tewas ditembak polisi karena aksinya.
"Saya sedih untuk Yassine, tapi lebih sedih untuk korban yang Yassine bunuh. Mereka tidak bersalah, kenapa mereka harus jadi korban salah pengertian terhadap Islam," kata paman al Abidi, Mohamed Abidi seperti dilansir Reuters, Ahad (22/3).
Menurutnya, mereka ada korban terorisme dan jaringan jahat yang hanya menginginkan kematian. Keluarga Abidi mengenangnya dengan membuat tenda berkabung tradisional di luar rumah. Kursi-kursi tampak kosong, hanya sanak keluarga yang datang sebanyak 10 orang.
Sebelum melakukan serangan, Abidi melakukan aktifitas seperti biasa. Ia sarapan dengan minyak zaitun dan kurma bersama keluarganya. Ia kemudian pamit untuk pergi bekerja seperti biasa.
Rekan-rekan Abidi mengatakan pria yang menyukai pakaian impor itu adalah tipe pria muda kebanyakan di Omrane Superi. Ia lulus dari universitas di Prancis dan langsung bekerja.
Mereka mengatakan Abidi tidak terlihat memiliki ideologi ekstrimis. Namun sejak tahun lalu, Abidi terlihat sering pergi ke Masjid lokal yang didalamnya seperti menanamkan radikalisme. Beberapa anak muda disana kabarnya pergi ke Suriah, Irak dan Libya.