REPUBLIKA.CO.ID, TAIZ -- Sebagian kota terbesar ketiga Yaman, Taiz, telah diduduki oleh pemberontak Syiah. Bandara kota tersebut merupakan salah satu daerah yang direbut oleh pemberontak Houthi.
Dilansir dari BBC, Ahad (22/3) kekerasan antara kelompok bersenjata di Yaman, seperti Houthis, al-Qaeda, dan militan ISIS semakin meningkat. Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang dilengserkan oleh Houthis pada Februari silam melarikan diri dari ibukota Sanaa ke daerah selatan, Aden.
Sementara itu, pada Sabtu, AS menyatakan telah menarik pasukannya dari negara tersebut akibat situasi keamanan yang semakin memburuk.
Para kelompok Houthi yang mengenakan seragam militer tampak tiba di bandara di Taiz. Menurut saksi mata, mereka pun kemudian menjaga sebagian wilayah tersebut.
Sedangkan, puluhan kendaraan militer serta tank dilaporkan tengah dalam perjalanan dari utara kota Yaman menuju Taiz, yang berada di antara Sanaa dan Aden. Sejumlah warga lokal pun turun ke jalan memprotes kehadiran Houthi dan memicu para pemberontak melakukan tembakan udara guna membubarkan aksi mereka.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB tengah menggelar rapat darurat terkait situasi keamanan di Yaman pada Ahad. Sebelumnya, para pemberontak mendeklarasikan pemerintahan baru pada Februari dan menyatakan lima anggota transisi dewan kepresidenan akan menggantikan Presiden Hadi.
Namun, Houthis merupakan kelompok minoritas Syiah dan deklarasi mereka pun tak diakui oleh kelompok Sunni dan para pemimpin di wilayah selatan. Hadi sendiri telah menyerukan agar para pemberontak menarik anggotanya dari Sanaa, namun Houthi malah menyerukan mobilisasi melawan pasukan presiden.