REPUBLIKA.CO.ID, BADR -- Sebanyak 46 pekerja Mesir kehilangan kontak dengan para kerabat setelah mencoba ber-imigrasi ilegal ke Italia. Mereka diyakini terperangkap di Libya.
Para kerabat khawatir bila nasib sama seperti pekerja Mesir yang diculik pada Januari lalu dipenggal oleh kelompok radikal ISIS pada Februari di Libya.
Kementerian Luar Negeri yang diwakili juru bicara Badr Abdelatty dan didampingi pengacara hak asasi, Naguib Gobraiel pun melakukan pembicaraan dengan para kerabat pekerja yang hilang, Sabtu (21/3) waktu setempat.
Abdelatty menuturkan, komunikasi para pekerja dan keluarga berhenti sejak September 2014 lalu. Itu terjadi ketika para pekerja melakukan perjalanan ke Libya.
Yusuf, salah satu kerabat menjelaskan bila keluarganya berangkat sejak awal September. "Mereka melakukan perjalanan pada tanggal 6 September dari Assiut ke Alexandria untuk mengambil perahu menuju ke Italia," kata dia dikutip Daily News Mesir edisi Ahad (22/3).
Ia menjelaskan, komunikasi berhenti pada jam satu pagi tanggal 7 September. Saat itu kabar terakhir yang diketahuinya yakni para pekerja akan memulai pelayaran kapal.
Ia menambahkan, ada 227 orang di kapal tersebut dan 46 orang berasal dari Abnoub, termasuk sepupunya, Emad Salah.
Setelah hilang hampir tujuh bulan, berbagai dugaan nasib pekerja tersebut bermunculan. Kebanyakan menganggap bila para pekerja ditahan oleh otoritas pro-Islam di Tripoli, Libya. Sementara yang lain beranggapan bila mereka ditahan di penjara Italia.
Namun Menteri Luar Negeri Italia melalui kedutaan Mesir di Italia membantah rumor tersebut.