REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekutu Benjamin Netanyahu megakui telah ingkar janji terhadap pengakuan negara Palestina pada malam pemilu Israel, Ahad (22/3).
Pengingkaran pengakuan negara Palestina berdampak pada retaknya hubungan Perdana Menteri Israel dengan Gedung Putih. Senator Republik John McCain mengatakan Presiden AS Barack Obama seharusnya marah besar terkait hal ini.
McCain mengatakan, hubungan antara Netanyahu dan Obama semakin renggang atau tidak bergantung dari sikap Obama sendiri. Namun terkait ucapannya saat kampanye McCain mengatakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk membahas setiap ucapan politisi saat kampanye.
Netanyahu mengatakan saat dia kembali menjadi perdana menteri tidaka akan pernah ada negara Palestina. Pernyataan itu ditafsirkan sebagai penolakan terhadap solusi dua negara.
Padahal solusi itu telah menjadi dasar dari perundingan puluhan tahun untuk mengakhiri konflik Palestina dan Israel. Namun sejak memenangkan pemilu kembali, Netanyahu mulai mencoba untuk meredam kembali bahwa dia tidak menolak negara Palestina.
Tetapi Israel tidak sepakat karena Pemerintah Palestina memiliki perjanjian politik dengan Hamas. Obama menangapi pernyataan Netanyahu yang menyebabkan sulitnya menemukan jalan keluar.
Perundingan perdamaian pun tidak tercapai untuk Palestina. Sehingga Amerika harus menilai kembali kebijakannya di Timur Tengah.