Senin 23 Mar 2015 22:02 WIB

HRW: Terdapat Pelanggaran Hukum dalam Serangan Pemberontak Suriah

Rep: C07/ Red: Winda Destiana Putri
Pengungsi Suriah
Foto: Youtube
Pengungsi Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kelompok-kelompok pemberontak Suriah kembali melancarkan serangan tak pandang bulu yang menewaskan dan melukai warga sipil. Dilaporkan oleh Human Rights Watch (HRW) terdapat pelanggaran hukum perang dalam serangan tersebut.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata itu tidak bisa merujuk pada pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan pemerintah dan milisi untuk membenarkan tindak kekerasan mereka yang sering kali menyasar wilayah yang dihuni warga minoritas.

"Kami telah melihat situasi di Suriah dan kelompok-kelompok pemberontak meniru perilaku kejam pasukan pemerintah yang berdampak besar pada warga sipil," ujar Wakil Direktur Timur Tengah HRW, Nadim Houriy dilansir dari Reuters, Senin (23/3).

Krisis di Suriah dimulai pada Maret 2011 berawal saat warga menentang pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Aksi perlawanan ini kemudian berubah menjadi konflik bersenjata ketika pasukan keamanan pemerintah berusaha meredam para pengunjuk rasa dengan kekerasan.

Empat tahun kemudian, lebih dari 200 ribu orang tewas dalam perang saudara antara pasukan pemerintah. Bahkan sejumlah kelompok pemberontak antara lain jihadis garis keras seperti ISIS dan pemberontak dari golongan arus utama ikut bergabung membantu.

Dalam laporan tersebut juga berisi tentang serangan yang terjadi antara Januari 2012 dan April 2014 di sekitar kota Damaskus dan Homs. HRW menyatakan bahwa sejumlah serangan diklaim oleh kelompok-kelompok seperti sayap Alqaidah di Suriah Front Nusra dan ISIS.

Akan tetapi HRW menemukan bahwa anggota 'Tentara Pembebasan Suriah' dan kelompok pemberontak lain seringkali dengan sengaja melakukan serangan mematikan ke pemukiman sipil.

Tentara Pembebasan Suriah adalah nama yang digunakan oleh banyak kelompok pemberontak arus utama yang seringkali beroperasi sendiri-sendiri. Sebagian dari kelompok ini mendapat bantuan dari musuh-musuh Assad yaitu negara Barat dan Arab.

Penelitian itu didasarkan pada pernyataan korban dan saksi, penyelidikan di lokasi, video dan informasi dari media sosial. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa serangan-serangan itu dilakukan dengan mempergunakan bom mobil, mortir dan roket.

Laporan HRW juga mendokumentasikan 17 serangan bom mobil dan ledakan lain di pinggir kota Damaskus dan pusat kota Damaskus, serta di berbagai lokasi kota Homs.

Sebagian besar dari wilayah yang diserang merupakan daerah pemukiman kelompok agama minoritas seperti Kristen, Alawi, Syiah dan Druze yang dipandang oleh kelompok perlawanan Sunni sebagai pendukung pemerintah. Sementara itu Presiden Assad sendiri berasal dari kelompok Alawi dan sekutunya antara lain adalah pemerintah Syiah Islam Iran.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement