REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia menguat pada Rabu (Kamis pagi WIB), didorong kekhawatiran bahwa ketidakstabilan politik di Yaman dapat mengancam produsen-produsen minyak penting di Timur Tengah. Kondisi ini juga mengimbangi kecemasan tentang meningkatnya minyak mentah AS yang berlimpah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik 1,70 dolar AS menjadi ditutup pada 49,21 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei, bertambah 1,37 dolar AS menjadi menetap di 56,48 dolar AS per barel di perdagangan London.
Para analis mengutip berita bahwa Presiden Yaman, Abedrabbo Mansour Hadi dilarikan ke "tempat yang aman" setelah sebuah pesawat tempur menyerang kompleks kepresidenan.
Yaman, yang berbatasan dengan produsen minyak utama Arab Saudi, telah dicengkeram oleh meningkatnya gejolak sejak pemberontak Syiah Houthi melancarkan pengambilalihan kekuasaan di Sanaa pada Februari.
Perselisihan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu dapat terkoyak oleh perang antara Syiah Iran, yang dituduh mendukung para pemberontak, dan Sunni yang dikuasai Arab Saudi, yang mendukung Hadi.
Harga minyak mentah juga didukung oleh penurunan lain dalam dolar. Pelemahan greenback membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang kuat.
Kenaikan minyak terjadi meski ada peningkatan besar lagi dalam stok minyak mentah AS, yang melonjak 8,2 juta barel untuk pekan yang berakhir 20 Maret.
Persediaan yang di dipantau di pusat referensi kontrak WTI di Cushing, Oklahoma, membengkak hampir dua juta, atau 3,5 persen menjadi 56,3 juta barel.