REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Gerilyawan kelompok Syiah Yaman, Al-Houthi berhasil menguasai Bandar Udara Internasional Aden setelah mundurnya pasukan milisi suku pada Rabu (25/3) malam, kata seorang pejabat keamanan setempat.
"Puluhan anggota milisi suku yang bersekutu dengan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi meninggalkan posisi mereka di sekitar Bandar Udara Aden dan bergerak ke arah Provinsi Abyan, yang bertetangga di Yaman Selatan," kata sumber keamanan setempat yang tak ingin disebutkan jati dirinya.
"Setelah mereka pergi, pasukan yang setia kepada kelompok Al-Houthi datang dari beberapa kamp militer di dalam Kota Aden dan menguasa bandar udara tersebut," tambah sumber itu.
Warga setempat mengatakan mereka mendengar suara ledakan keras dan baku-tembak di berbagai permukiman di kota tersebut, yang menjadi tempat pengungsian terakhir Presiden Yaman--yang diperangi kelompok Al-Houthi.
Sebelumnya petempur kelompok Syiah tersebut dengan cepat mengepung Aden, yang dijadikan Ibu Kota oleh Hadi. Ratusan warga lokal bergegas menjarah beberapa kompleks pemerintah dan gedung istana republik, kata beberapa sumber setempat.
Sementara itu, pertempuran sengit terus berkecamuk antara petempur Al-Houthi yang didukung pasukan keamanan dan anggota milisi pro-Hadi di Provinsi Lahj, Yaman Selatan, di dekat perbatasan dengan Aden.
Pada Rabu pagi, kelompok Al-Houthi sepenuhnya menguasai satu pangkalan udara militer yang strategis di Lhaj dan menangkan menteri pertahanan negeri itu bersama dengan beberapa pejabat senior militer yang bersekutu dengan Hadi.
"Tiga roket menghantam beberapa bangunan di dalam istana presiden di Aden, tapi tak ada laporan mengenai korban tewas pada saat ini," kata pejabat lokal di Aden tersebut.
Satu sumber mengatakan bahwa Hadi masih berada di Aden untuk mengomandoi pasukannya guna memerangi kelompok Al-Houthi. Ia mengatakan Hadi "berada di tempat yang aman dan dijaga dengan baik dan ia tak mau meninggalkan negeri ini". Namun ia tak bersedia mengkonfirmasi apakah Hadi berada di istana presiden, atau tidak.