REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Selama Perang Dunia II, Adolf Hitler ternyata mengkonsumsi puluhan obat. Perawakan yang kuat, tegas dan kejam ternyata didukung oleh puluhan butir obat penenang. Hitler mengkonsumsi setidaknya 70 butir obat dalam sehari.
Seperti dilansir news.com.au mengutip tayangan dokumenter di Foxtel yang didasarkan pada analisis dokumen, Hitler selama kurun waktu Perang Dunia II disinyalir mengkonsumsi berbagai jenis obat penenang.
Hitler juga mengkonsumsi morfin dan shabu pada masa pemerintahannya. Padahal, dalam catatan sejarah, Hitler hanya sekali terlihat sakit saat ia tertembak dan digas selama Perang Dunia I.
Profesor Sir Richard Evans dari Universitas Cambridge mengatakan dokter yang selama ini menjadi dokter pribadi Hitler, Theodore Morell, ternyata tak benar-benar profesional. Hal ini terbukti dengan banyaknya obat yang ia rekomendasikan kepada Hitler untuk dikonsumsi.
Diam-diam obat tersebut malah membuat kondisi tubuh Hitler melemah. "Ia hanya memanfaatkan Hitler untuk uang,'' kata Evans. ''Karena setelah puluhan tahun bersama, Morell tak pernah satu ideologi dengan Hitler.''
Saat memasuki masa kritis di penghujung usianya, Hitler kerap dianggap gila akibat disebabkan metode pengobatan yang dilakukan oleh Morell. Morell kerap menyuntikan zat adiktif dan menggunakan obat alternatif hasil racikannya sendiri.
Obat tersebut pun tak pernah terverifikasi kelayakannya. Banyak pihak mengira Hitler menjadi salah satu kelinci percobaan Morell. Bahkan, dalam catatan medis Hitler, Morell 'mengobati' Hitler dengan obat yang biasa digunakan untuk membuat hewan tertidur.
Di hari terakhirnya di bungker di Berlin, Hitler diyakini mendapat beberapa suntikan Pervitin. Dalam kondisi Berlin terus dibomin, Hitler akhirnya mengizinkan Morell pergi dan meminta suntikan terakhir Pervitin.
Setelah kepergian Morell, Hitler diyakini terus menangis dan berniat bunuh diri. Pada 30 April 1945, Hitler bunuh diri dengan menembak kepalanya.