Kamis 26 Mar 2015 20:52 WIB

Ini Kesan Mendalam Menhan Terhadap Lee Kuan Yew

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Ilham
Lee Kuan Yew
Foto: Reuters
Lee Kuan Yew

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kenangan khusus yang diingat Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu terhadap Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew. Kerendahan hati serta kejujuran Lee menjadi salah satu faktor kenapa sosok yang meninggal dunia lantaran penyakit Pneumonia itu begitu diingat oleh Ryamizard.

Saat masih menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD), Ryamizard mengaku sering bertemu dan berdiskusi dengan Lee. Setidaknya ada lima kali pertemuannya dengan Lee dan pertemuan dilakukan di sela-sela pertemuan tingkat tinggi antara Indonesia dan Singapura. Ryamizard pun begitu terkesan dengan kerendahan hati mantan pemimpin Singapura yang meninggal pada usia 91 tahun itu.

"Yang paling menonjol dari beliau (Lee) adalah kerendahan hati. Pada saat itu, jabatannya sudah begitu tinggi, bahkan mungkin sudah melebihi Perdana Menteri, yaitu Menteri Senior. Tapi, beliau mau bertemu dan berdiskusi dengan seorang Kepala Staff," kata Ryamizard usai bertemu dengan Dubes Singapura, Anil Kumar Nayar di Kedubes Singapura untuk mengucapkan rasa duka cita atas meninggalnya Lee Kuan Yew, Kamis (26/3).

Bahkan, lantaran begitu dekat, Lee tidak keberatan saat Ryamizard memanggilnya Pak Lee. Lee, ujar Ryamizard, justru merasa senang atas panggilan itu. Tidak hanya itu, saat Ryamizard mengaku tidak terlalu menguasai bahasa Inggris, Lee dengan santun memperbolehkan mantan Pangkostrad itu berdiskusi dengan menggunakan bahasa Indonesia.

"Hanya ada dua orang dimana beliau berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, pertama dengan Pak Harto (Presiden Kedua RI, Soeharto), kedua dengan saya," ungkap Ryamizard.

Pun dengan kejujuran dan kepemimpinan Lee saat menjadi Perdana Menteri Singapura. Menurut Ryamizard, Lee adalah tipe pemimpin yang merakyat dan tidak mau terlalu terpaku dengan urusan protokoler kenegaraan. Jika boleh dibandingkan, sikap Lee ini tidak terlalu berbeda dengan yang saat ini ditunjukan Presiden Joko Widodo, yang enggan terpaku dengan urusan protokoler.

Namun yang lebih penting, Lee adalah tipe pemimpin yang mencurahkan semua pikiran dan tenaganya untuk membangun bangsa dan rakyat Singapura. Bahkan, Ryamizard mengakui jika tidak ada sosok seperti Lee Kuan Yew, maka tidak akan ada Singapura seperti sekarang ini yang sudah begitu maju.

"Kita semua kehilangan (sosok Lee Kuan Yew), terutama Singapura. Mungkin kalau tidak ada Lee Kuan Yew, tidak akan ada Singapura. Bahkan, Cina pun maju dan belajar dari Singapura. Kalau kita mau jujur, banyak pelajaran yang harus kita ambil dari Singapura. Hubungan Indonesia-Singapura saya rasa meneruskan yang dulu," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement