Ahad 29 Mar 2015 08:43 WIB

UNICEF Lanjutkan Pembagian Bantuan di Yaman

UNICEF
Foto: Twitter
UNICEF

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dana Anak PBB (UNICEF) pada Sabtu (28/3) berjanji akan melanjutkan pemberian bantuannya guna menolong anak-anak di Yaman, yang terjebak pertempuran sengit selama beberapa hari belakangan.

"Walaupun situasi yang bertambah buruk di Yaman mengikuti operasi, UNICEF terus bekerja untuk memberi bantuan penting buat anak-anak di negeri itu melalui sedikit staf internasional dan lebih dari 100 staf nasional. Mereka bekerjasama dengan mitra lokal dan internasional," demikian antara lain isi pernyataan yang dikeluarkan di Markas PBB di New York, AS, oleh badan PBB tersebut.

"UNICEF dan semua mitra menyediakan air, pasokan kebersihan dan sehat serta mendukung klinik kesehatan bergerak buat lebih dari 600 keluarga yang telah tiba di Harad dari (Yaman) Utara," kata pernyataan itu, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. "Anak-anak dari keluarga yang kehilangan tempat tinggal ini juga bisa mengikuti pelajaran di sekolah yang didukung UNICEF ketika sekolah dibuka pada Ahad."

Informasi untuk membantu anak-anak menghindari resiko daripeledak dan ranjau darat yang tidak meledak akan disebarkan di berbagai daerah kota utama. UNICEF dan semua mitranya juga terus menyedikan program kesehatan, pendidikan dan peningkatan gizi di daerah yang tak terpengaruh oleh pertempuran saat ini, kata pernyataan tersebut. Anak-anak rentan dalam perang di Yaman, yang meningkat pada Kamis (26/3).

Krisis Yaman telah menjadi pusat perhatian Pertemuan Puncak Arab, yang sedang berlangsung dan dipimpin oleh Mesir serta dihadiri oleh 20 presiden dan raja di negara Arab, termasuk Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang menyelamatkan diri dari Yaman-- di tengah serangan udara militer pimpinan Arab Saudi terhadap sasaran gerilyawan Syiah Yaman, Al-Houthi.

Yaman dironrong oleh kebuntuan politik sejak 2011, ketika protes massa memaksa presiden Ali Abdullah Saleh meletakkan jabatan.

Pembicaraan perujukan selama tiga tahun gagal menyelesaikan krisis itu tapi malah menciptakan kevakuman kekuasaan besar yang menguntungkan kelompok tangguh Al-Qaida di Jazirah Arab (AQAP) dan kelompok fanatik lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement