REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Amir Kuwait Sheih Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah akan membuka Konferensi Internasional Bantuan Kemanusiaan Untuk Suriah di Istana Bayan, Kuwait, Selasa, yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Dalam jumpa pers di Arraya Ballroom Courtyard Marriot Hotel, Kuwait, Senin (30/3), Menteri Luar Negeri Kuwait Sabah Al-Khalid Al-Sabah mengatakan sebanyak lebih dari 40 negara anggota PBB dijadwalkan akan hadir dalam konferensi ini.
Selain negara anggota PBB, konferensi juga akan dihadiri oleh sejumlah perwakilan lembaga swadaya masyarakat internasional dan badan-badan kemanusiaan PBB.
Al-Khalid juga mengatakan dalam konferensi ini diharapkan akan ada komitmen pemberian bantuan dari negara-negara donor terhadap situasi kemanusiaan rakyat Suriah yang makin memburuk akibat perang saudara yang sudah terjadi selama lima tahun di dalam negerinya.
Menlu Kuwait ini berharap konferensi yang dibuka Selasa bisa mendapatkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Suriah hingga 8,4 miliar dollar AS untuk kebutuhan hingga Juni 2016, dengan perincian 5,5 miliar untuk pengungsi Suriah di negara tetangganya dan 2,9 miliar untuk rakyat Suriah yang meninggalkan rumah mereka ke wilayah lain di negera mereka untuk menyelamatkan diri dari kekerasan perang.
Diakuinya bahwa saat ini badan-badan kemanusian PBB kesulitan mendapatkan dana untuk membantu rakyat Suriah yang paling terkena dampak akibat krisis di dalam negerinya.
Kuwait berinisiatif menggelar konferensi internasional ini sebagai bagian dari upaya membantu rakyat Suriah agar bisa keluar dari krisis.
Sementara itu, Valeria Amos selaku wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, juga menyampaikan harapannya agar bisa meraih bantuan yang lebih besar demi membantu rakyat Suriah yang sangat menderita sekarang ini.
Sewaktu konflik di Suriah memasuki tahun kelima, anggota Badan Keamanan PBB juga menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi rakyat Suriah yang terus menderita dan memburuk akibat perang saudara yang belum juga berakhir.
Anggota Badan Keamanan PBB dilaporkan juga menyesali kondisi 3,9 juga pengungsi Suriah yang di beberapa negara tetangga sangat membutuhkan bantuan kemanusian dan mereka juga menyoroti kurangnya dana yang dihadapi oleh UNHCR dalam menjalankan tugas kemanusiaan dengan mengurangi jatah makanan sebesar 30 persen bagi pengungsi Suriah.
Dalam hal ini PBB juga dilaporkan tidak mampu meningkatkan bantuan terhadap pengungsi Suriah, sehingga sekitar 227.000 pengungsi Suriah harus kehilangan pelayanan kesehatan yang merupakan bagian vital dalam kehidupan.
"Kalau bantuan kemanusiaan tidak diperoleh sampai Mei 2015 ini, sekitar satu juta anak pengungsi Suriah tidak akan dapat pergi ke sekolah dan tidak akan bisa juga memperoleh akses pendidikan alternatif", ujar Amos.
Solusi yang harus diambil oleh semua pihak terhadap konflik selain bantuan kemanusiaan juga menghentikan serangan terhadap masyarakat sipil dan memfasilitasi akses kemanusian terhadap orang yang membutuhkan bantuan.
"Karena itu, konferensi kemanusian international ketiga untuk Suriah ini merupakan kontribusi yang cukup substansial bagi pihak pengungsi yang membutuhkan bantuan yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun," katanya menegaskan.
Menurut Amos, jumlah pengungsi sudah meningkat dan hampir mencapai 12 juta dalam tahun terakhir ini.
"Cukup mengharukan, dimana hampir tujuh juta dari 12 juta pengungsi sudah pindah dari tempat tinggal mereka di Suriah," katanya.
Dalam kunjungannya ke Lebanon dan Jordania baru baru ini, Amos mengatakan bahwa para pengungsi pindah berkali-kali di dalam wilayah Suriah dan karena kekerasan dan kebrutalan pihak yang berseteru, para pengungsi terpaksa melarikan diri akhirnya ke negara tetangga mereka agar bisa selamat dari kekejamanan dan kekerasan peperangan.
"Kami sangat prihatin dengan situasi yang memburuk ini," ujar Amos dalam wawancara dengan pers Minggu (29/3).
Dengan tersebarnya kelompok bersenjata, organisasi teroris juga memperburuk situasi di wilayah pengungsi di Suriah.
Misalnya adanya ISIL yang sekarang menguasai wilayah yang ditempati sekitar 3,6 juta pengungsi yang masih dapat meraih bantuan ditengah lingkungan yang sulit karena faktor ketidakamanan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan pekerja kemanusian yang juga tidak luput dari serangan.