REPUBLIKA.CO.ID, Pasukan sekutu termasuk Australia mengklaim sejauh ini sekitar 9.500 anggota kelompok teroris ISIS telah terbunuh. Sekutu juga akan menerjunkan 400 tentara gabungan Australia dan Selandia Baru untuk misi melatih tentara Irak.
Menurut Kepala Operasi Gabungan Australian Defence Force (ADF) Vice Admiral David Johnston, upaya yang dilakukan sekutu telah membuahkan hasil.
"Sebelumnya kita melihat suatu wilayah jatuh dan dikuasai (ISIS), artinya kita harus merebutnya kembali," jelas Vice Admiral Johnston baru-baru ini.
Diperkirakan ISIS memiliki sekitar 31 ribu pasukan, 18 ribu di antaranya merupakan warga negara asing yang datang ke wilayah itu.
"Menurut perkiraan AS, jumlah pasukan ISIS yang tewas berkisar 9.500 orang," kata Vice Admiral Johnson.
"Meski kami tidak menggunakan jumlah yang tewas untuk mengukur keberhasilan, ini hanya menjadi peringatan bagi mereka yang coba-coba ingin gabung ISIS ke Irak dan Suriah," tegasnya.
Selama ini peran Australia lebih pada pengerahan jet-jet tempur untuk menyerang berbagai sasaran ISIS, namun kini peran itu akan ditingkatkan untuk melatih tentara Irak.
Misi gabungan 300 tentara Australia dan 100 Selandia Baru akan diterjunkan ke pangkalan udara di utara Baghdad.
Pekan ini tentara Selandia Baru akan tiba di Australia untuk bergabung mempersiapkan misi tersebut.
"Pelatihan ini meliputi pengenalan senjata, kemampuan individu dan kesatuan, persiapan operasi, medis dan logistik, serta melatih para pelatih," jelas Vice Admiral Johnson.
Diperkirakan misi gabungan ini siap diterjunkan pada pertengahan April.
Meskipun telah dilakukan intervensi oleh pasukan sekutu, namun pasukan ISIS tetap sulit untuk dihadapi oleh tentara Irak.
Para pasukan ISIS dari warga negara asing terus bergabung dalam upaya mereka merebut kembali kota Tikrit.
Seorang pengamat dari Australian Strategic Policy Institute, Peter Jennings, menilai meskipun sekutu berhasil memperlambat pergerakan ISIS, namun akan sulit menghancurkan kelompok ini.
"Ini adalah perjuangan antara Sunni dan Syiah dan sulit untuk melihat bagaimana negara barat bisa mengambil peran berarti yang bisa menawarkan solusi," jelasnya.
Namun demikian Jennings menilai bahwa tingginya jumlah pasukan ISIS yang tewas bisa menjadi faktor penghambat bagi anak-anak muda di negara barat untuk bergabung ke kelompok itu.