REPUBLIKA.CO.ID, SANT CUGAT DEL VALLES -- Dari sebuah lembah yang subur di pinggiran kota dekat Barcelona, tiga generasi keluarga berangkat pekan lalu untuk melakukan perjalanan menyenangkan ke Manchester, Inggris. Adalah Emma Solero Pardo (12 tahun), Pardo Vidal (ibu dari Emma), dan Vidal Bardan (nenek Emma) yang melakukan perjalanan tersebut.
Mereka berencana menjemput kakak Emma yang baru menyelesaikan studi di luar negeri untuk mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya. Setelah itu melakukan tamasya dan kemudian pulang kembali ke Spanyol.
Namun nahas, penerbangan Germanwings 9525 yang membawa mereka ke Dusseldorf untuk transit menuju Inggris menabrak Pegunungan Alpen, Perancis. Jaksa penyidik mengatakan, co-pilot Andreas Lubitz mengunci kapten di luar kokpit dan dengan sengaja menjatuhkan pesawat hingga hancur. Dipastikan, tidak ada satu korban pun yang selamat termasuk keluarga Emma.
Juan Pardo Yanez, kakek Emma bahkan tidak bisa berucap apa-apa lantaran sangat terpukul dengan tragedi tersebut. "Tidak ada yang bisa dilakukan atau dikatakan kepada saya untuk mengubah kehilangan tiba-tiba tiga orang yang sangat saya cintai," ujar dia, seperti dikutip dari AP, Selasa (31/3).
Sekitar 400 teman dan kerabat dari gadis kecil itu, ibu dan neneknya berkumpul untuk misa pribadi di sebuah biara di Sant Cugat del Valles. Kematian Emma juga memukul teman sekelasnya di sekolah.
Anak dari Juan Ignacio Solera tersebut juga meninggalkan kesan mendalam di klub tenis yang diikutinya. Direktur akademis klub, Manu Navas mengaku bila Emma memiliki sikap yang sangat baik. "Dia bukan pemain yang menonjol, tapi apa yang saya akan soroti tentang dia adalah sikapnya. Dia tidak pernah bilang tidak," ujarnya.
Yanez tidak bisa mengungkapkan bagimana ia akan mencoba membangun kembali kehidupan dia dan keluarganya sekarang. Tapi ia mengaku yakin akan satu hal, "Saya akan kembali dengan semua anak-anak saya ke tempat di mana mereka semua telah meninggal," tambahnya.