REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) bergabung dengan Pemerintah Mali guna memulihkan kehidupan rumah tangga yang terpengaruh konflik bersenjata dan perubahan iklim di bagian negara negara Afrika Barat itu.
Sebanyak 33.000 keluarga akan mendapat manfaat dari program baru penyediaan pangan dan produk hewan buat ternak serta pelatihan di bidang pertanian serta peningkatan makanan bergizi, dengan penekanan pada kebutuhan kaum perempuan yang terlibat di sektor pertanian, kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam satu taklimat harian di Markas PBB, New York, AS.
Proyek itu adalah bagian dari Program Pembangunan Kembali dan Pemulihan Ekonomi Bank Dunia dengan nilai 100 juta dolar AS di Mali, kata Haq, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi (2/4).
Pada Desember 2012, perdana menteri pemerintah peralihan Mali saat itu Cheick Modibo Diarra mengumumkan pengunduran diri dan pembubaran kabinetnya, setelah ia ditangkap oleh tentara yang mendukung mantan pemimpin kudeta Amadou Sanogo.
Kelompok perlawanan Utara melanjutkan desakannya ke arah selatan pada Januari 2013, dan sempat menguasai Kota Kecil utama Konna di Mali Tengah serta mengancam pemerintah peralihan yang berpusat di Bamako --yang diakui oleh masyarakat internasional.
Tentara Prancis dan Afrika ikut-campur di Mali pada Januari 2013 guna menghentikan gerak maju petempur yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida ke arah selatan menuju Ibu Kota Mali, Bamako.
Mereka akhirnya dipukul mundur dari kota kecil di seluruh Mali Utara, tapi kelompok lain gerilyawan Islam dan suku Tuareg tetap aktif di daerah tersebut.