REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama amat bersyukur atas tercapainya kesepakatan nuklir Iran. Bahkan, ia menyebut, kesepakatan tersebut sebagai kerangka kerja bersejarah.
Bagi Obama, kesepakatan tersebut juga untuk mencegah Iran agar tidak memiliki bom nuklir. "Hari ini, Amerika Serikat, bersama dengan mitra dan sekutu kami, telah mencapai kesepahaman bersejarah dengan Iran, yang, jika sepenuhnya dilaksanakan akan mencegahnya memiliki senjata nuklir," kata Obama dalam pernyataan yang disampaikan di Rose Garden, Gedung Putih, AS, seperti dilansir Xinhua.
Menteri luar negeri AS dan negara besar lain --Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok ditambah Jerman-- pada Kamis (2/4) menyepakati parameter guna menyelesaian masalah utama mengenai progam nuklir Iran.
Para menteri luar negeri itu dan timpalan mereka dari Iran selama delapan hari telah mengadakan perundingan intensif di Kota Lausanne, Swiss, dengan tujuan mencapai kesepakatan akhir menyeluruh pada akhir Juni.
Kesepakatan itu memberi Iran waktu jeda, yang digunakan untuk memperkaya cukup uranium tingkat senjata atau plutonium bagi senjata nuklir. Jeda waktu tersebut juga dapat diperpanjang sedikitnya selama satu tahun dari perkiraan dua sampai tiga bulan saat ini untuk rentang waktu setidaknya selama 10 tahun.
"Kerangka kerja ini akan memotong setiap jalur yang dapat digunakan Iran untuk membuat senjata nuklir," kata Obama.
"Dengan kesepakatan ini, Iran akan menghadapi lebih banyak pemeriksaan dibandingkan dengan negara lain mana pun di dunia. Jadi, ini akan menjadi kesepakatan jangka-panjang yang menangani setiap jalur menuju potensi bom nuklir Iran," kata Obama menambahan.
Berdasarkan parameter yang diungkapkan pemerintah Obama, Iran setuju mengurangi mesin sentrifugal yang dipasangnya jadi 6.104 dari 19 ribu. Selain itu, menghentikan pengayaan uranium di atas 3,67 persen selama sedikitnya 15 tahun dan memangkas simpanan uraniumnya yang diperkaya dari 10 ribu kilogram menjadi 300 kilogram selama 15 tahun.
Iran juga diwajibkan membuka akses seluas-luasnya terhadap Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) guna mengawasi secara rutin semua instalasi nuklir. Iran juga setuju untuk merancang kembali dan membangun kembali reaktor penelitian air berat di Arak, yang takkan memproduksi plutonium tingkat senjata.
Sebagai imbalannya, AS dan Uni Eropa akan menghentikan sanksi atas Teheran, selain mencabut semua resolusi sanksi Dewan Keamanan PBB.