Jumat 03 Apr 2015 17:07 WIB

Akibat Tweet, Kartunis Malaysia Didakwa Menghasut

Logo Twitter
Foto: EPA/Andrew Gombert
Logo Twitter

REPUBLIKA.CO.ID, VOA — Seorang kartunis politik tersohor di Malaysia mengatakan ia telah didakwa atas tuduhan menghasut.

Zulkifli Anwar Ulhaque, dikenal sebagai Zunar, mengatakan kepada VOA ia akan tampil di pengadilan Jumat untuk menghadapi sembilan tuntutan di bawah UU Penghasutan di Malaysia, yang sering digunakan untuk menargetkan mereka yang kritis terhadap pemerintah.

Zunar berkeyakinan bahwa dakwaan terhadapnya berkaitan dengan serangkaian tweet yang ia pasang di mana ia mengkritik sistem peradilan Malaysia.

"Mereka ingin balas dendam. Mereka menggunakan ini untuk menghukum kartun saya. Jadi ini bagaimana mereka melakukannya. Menggunakan tweet, mungkin lebih mudah untuk menghukum saya dengan cara itu," katanya kepada VOA.

Kartunis berusia 52 tahun ini telah secara konsisten menjadi gangguan bagi para pemimpin partai Barisan Nasional, yang telah berkuasa sejak negara itu meraih kemerdekaan pada 1957.

Gambar-gambar satiris itu seringkali langsung menuduh para pemimpin pemerintahan korupsi, salah mengelola, dan menekan kebebasan berbicara. Alhasil, beberapa bukunya telah dilarang atau disita oleh polisi.

Dalam tweet-tweet yang dipertanyakan, Zunar menuduh para hakim menerima suap dari "tuan politik mereka" untuk memvonis pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dengan tuduhan sodomi, Februari lalu.

Anwar, mantan wakil perdana menteri dan musuh politik utama pemerintah, menjalani hukuman lima tahun penjara setelah divonis melakukan sodomi pada staf laki-lakinya. Para pendukungnya, dan banyak analis, mengatakan vonis itu dibuat-buat dan bermotif politik.

Hasutan dapat dihukum sampai tiga tahun penjara di Malaysia. Namun Zunar mengatakan ia telah diberitahu pengacaranya bahwa karena ia menghadapi serangkaian dakwaan, ia dapat menghadapi hukuman 43 tahun penjara, dan bahwa tebusannya dapat mencapai 13.000 dolar AS.

Meski demikian, ia mengatakan akan terus membuat kartun sepanjang ia bisa.

"Saya tidak akan pernah diam. Karena ini yang mereka inginkan. Motifnya adalah untuk menjamin saya berhenti menggambar. Jadi jika saya berhenti sekarang, itu yang mereka inginkan.. Saya akan terus menggambar sampai titik tinta terakhir," ujarnya.

sumber : VOA Indonesia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement