REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Demi mencegah masuknya kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ke wilayah Asia Tengah, Rusia siap menggelontorkan dana sebesar 70 miliar rubel atau sekitar 1,2 miliar dolar AS untuk kepentingan penguatan militer Tajikistan.
Maklum, baik Tajikistan dan Rusia merupakan sama-sama anggota CSTO atau Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif. Sebagian besar anggota CSTO ini merupakan negara-negara pecahan Uni Soviet yang berada di wilayah Asia Tengah.
Surat kabar Rusia, Kommersant, Sabtu (4/5) waktu setempat melansir, niat pemerintah Rusia ini merupakan kelanjutan dari hasil pertemuan para negara anggota CSTO yang digelar di Dushanbe, Tajikistan, pada pekan ini.
Tidak hanya itu, bantuan ini merupakan implementasi dari perjanjian antara Rusia dan Tajikistan untuk membantu Tajikistan memperkuat perbatasan Tajikistan dan Afghanistan, yang ditandatangani pada 2013.
CSTO sendiri adalah organisasi antar negara di wilayah Asia Tengah, khususnya negara-negara pecahan Uni Sovyet, yang dibentuk pada 1992. Pembentukan CSTO merupakan reaksi atas pembentukan NATO, yang dimotori oleh Amerika Serikat. Rusia dianggap sebagai penyandang dana terbesar dari organisasi antar negara, yang saat ini beranggotakan Russia, Armenia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Belarusia.
Pada 2006, organisasi ini pun berubah menjadi aliansi militer antara negara-negara anggotanya. Secara khusus, bantuan ini diharapkan bisa digunakan untuk menangkal penyebaran ISIS di wilayah Asia Tengah.
Bahkan, duta besar Rusia untuk Tajikistan, Igor Frolov-Lyakin, menyebut, ada sejumlah kelompok-kelompok kecil ISIS yang sudah berada di perbatasan Afghanistan dan Tajikistan.
Hal senada juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, saat menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri di Tajikistan, tengah pekan ini. Menurutnya, sejumlah kelompok kecil yang berafiliasi dengan ISIS sudah mencoba memasuki Tajikistan melalui perbatasan dengan Afghanistan di sebelah selatan.