Ahad 05 Apr 2015 15:44 WIB

Usai Menjarah, Paramiliter Syiah Tinggalkan Tikrit

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Pasukan pemerintah Irak bersiap memasuki Kota Tikrit.
Foto: Rt.com
Pasukan pemerintah Irak bersiap memasuki Kota Tikrit.

REPUBLIKA.CO.ID, TIKRIT -- Hampir semua pasukan paramiliter Syiah Iran telah meninggalkan Tikrit pada Sabtu (4/4), kemarin. Ini dilakukan setelah penduduk setempat mengeluhkan aksi sejumlah personel yang melakukan penjarahan di kota Sunni tersebut.

Kepala Dewan Tikrit dan Provinsi Salahudin Ahmed al-Kraim mengatakan, banyak warganya mengeluhkan aksi beberapa personel pasukan Syiah. Mereka disebut-sebut melakukan penjarahan di sejumalah rumah warga setelah membantu tentara Irak merebut kembali kota tersebut dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Sebagian besar (paramiliter) telah keluar dari kota," kata Kraim.

Pencurian dan pembakaran dimulai pada Rabu (1/4), beberapa jam setelah pemerintah Irak menyatakan pasukan keamanannya dan paramiliter Syiah telah berhasil merebut kembali kota itu. Para pejabat setempat mengatakan, kekacauan menyebabkan ratusan rumah dan toko-toko dijarah atau dibakar.

Akibat insiden tersebut, Perdana Menteri Haidar al-Abadi bertemu dengan para pejabat dari provinsi Salahuddin. Dari pertemuan tersebut, mereka mengambil keputusan, bahwa paramiliter Syiah harus meninggalkan Tikrit. Kraim menyebut, pembicaraan dengan Abadi berjalan dengan baik.

Para politisi Sunni mengatakan, penjarahan dan pembakaran telah berhenti pada Sabtu. Suasana kembali kondusif setelah polisi federal dan lokal bersama pasukan kontra-terorisme menjaga keamanan kota Tikrit.

Juru bicara Abadi Rafid Jaboori mengatakan, pada Jumat (3/4) Abadi telah memerintahkan pasukan keamanan untuk menangkap siapa pun yang melanggar hukum. Ia membenarkan Abad melakukan pertemuan dengan Gubernur dan pejabat penting di Salahuddin.

"Ini mengirimkan pesan jelas pada semua orang. Meskipun sangat menantang, perdana menteri telah mengatasi ini," kata Jaboori.

Abadi mendesak aparat keamanan untuk segera memastikan kondisi Tikrit kembali normal. Upaya ini dilakukan agar warga Tikrit yang melarikan diri dari serangan ISIS bisa segera kembali ke rumah.

Juru bicara paramiliter Syiah, Karim al-Noori menegaskan, 80 persen personelnya telah meninggalkan Tikrit.

ISIS merebut Tikrit pada Juni 2014, disusul dengan pengasaan sejumlah wilayah lain di utara dan barat Irak. Setelah hampir 10 bulan pendudukan ISIS, pasukan Irak berhasil merebut kembali Tikrit. Mereka menyatakan kemenangan pada Rabu dengan bantuan serangan udara Amerika Serikat dan paramiliter Syiah.

Saat ini, rumah-rumah yang masih berdiri di Tikrit hampir seluruhnya terkena peluru. Sementara jalan-jalan di Tikrit tak jauh berbeda, dipenuhi lubang bekas hantaman mortir. Sedangkan markas ISIS di pusat kota kini dihiasi bendera milisi Syiah.

Sebuah citra satelit dari Tikrit yang dirilis pada Februari menunjukkan, sedikitnya 536 bangunan terkena dampak pertempuran. Sekitar 137 diantaranya hancur dan 241 lainnya rusak berat. Serangan pasukan Irak merebut kembali Tikrit memperburuk kerusakan.

Di pinggiran kota, dekat Kamp Speicher, noda darah berceceran di dinding. Para pejabat pemerintah mengatakan, kuburan massal ditemukan di dasar kamp berisi sekitar 1.700 tentara yang tewas oleh ekstremis.

Masih banyak yang dilakukan sebelum warga Tikrit dapat kembali. Hingga saat ini layanan seperti listrik dan air belum kembali normal.

Pemerintah mengatakan, polisi dan suku Sunni setempat akan diberdayakan untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Tikrit. Sementara, milisi Syiah diharapkan meninggalkan Tikrit.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement