Ahad 05 Apr 2015 17:19 WIB

Iran Kembali Melanjutkan Program Nuklir Jika Pembicaraan Gagal

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Salah satu fasilitas yang diduga pembuatan nuklir di Provinsi Bushehr, Iran.
Foto: AP
Salah satu fasilitas yang diduga pembuatan nuklir di Provinsi Bushehr, Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran mengatakan pada Sabtu (4/4), Teheran akan kembali melanjutkan program nuklirnya jika negara Barat menarik diri dari perjanjian. Ia juga meminta semua resolusi Dewan Keamanan PBB terkait nuklir Iran dicabut, jika kesepakatan tercapai.

Dalam sebuah talk show di salah satu televisi yang dikelola pemerintah Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Iran memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan sepihak jika pembicaraan nuklir gagal. Iran menurutnya akan kembali melanjutkan program nuklirnya jika pihak lain tak menghormati perjanjian.

"Semua pihak dalam perjanjian dapat menghentikan tindakan mereka (pemenuhan komitmen mereka) jika ada kasus pelanggaran perjanjian oleh pihak lain," kata Zarif.

Zarif mengatakan, kesepakatan terkait kerangka kesepakatan telah diumumkan oleh Iran dan enam negara kekuatan dunia di Swiss, pada Kamis (2/4) lalu. Sementara kesepakatan akhir diharapkan akan dicapai sebelum batas waktu 30 Juni.

Kapal perundingan nuklir Iran tersebut mengatakan, jika tercapai kesepakatan diharapkan akan membatalkan semua resolusi Dewan Keamanan PBB terkait nuklir Iran. Ini artinya semua sanksi yang dikeluarkan Amerika Serikat dan Uni Eropa dapat dicabut.

Meski mendapat kritikan dari kelompok garis keras, kesepakatan tersebut didukung oleh Presiden Hassan Rouhani. Dalam pidatonya kebangsaannya pada Jumat (3/4), Rouhani menyatakan Iran akan mematuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan nuklir.

Menurut Zarif, Iran berkomitmen melaksanakan bagiannya dalam perjanjian akhir. Ia juga berhadap negara-negara Barat memenuhi janji mereka.

Dalam wawancara televisi Zarif jug mengatakan, dia keberatan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Sebelumnya Kerry menyatakan akan menunda sanksi Iran dan bukan menghentikannya, jika kesepakatan tercapai.

"Orang Amerika menempatkan apa yang mereka inginkan di lembar fakta, saya sudah memprotes masalah ini dengan Kerry sendiri," kata Zarif seperti dikutip kantor berita Fars.

Zarif disambut bak pahlawan saat kembali ke Teheran pada Jumat (3/4). Kerumunan pendukungnya bersorak mengelilingi kendaraan yang membawa Zarif. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang mendukung Zarif dan Rouhani.

Zarif mengatakan, perjanjian menunjukkan negara kekuatan Barat tak bisa menghentikan program nuklir Iran. Ia menegaskan tujuan program nuklir Iran bertujuan damai seperti untuk, pembangkit listrik dan pengobatan kanker.

"Mereka menyadari bahwa mereka tak dapat menutup program nuklir Iran. Kami tak sedang mengejar program bom baik saat lampau maupun sekarang. Kami juga tak mencari hegemoni regional. Kami ingin hubungan baik dengan tetangga kami," kata Zarif.

Tanpa menyebut negara manapun, Zarif meyakinkan tetangganya seperti Arab Saudi yang prihatin akan ambisi nuklir Iran. Selama ini Saudi menyatakan keprihatinannya mengenai meningkatnya pengaruh Iran di Irak, Suriah dan Lebanon.

Dalam wawancaranya Zarif juga menunjukkan adanya perubahanan tuntutan oleh negara-negara Barat, sebagai bukti keberhasilan negosiasi. "Sebelum perjanjian Jenewa (November 2013) mereka ingin menutup Arak, mengurangi Fordow, tapi kini posisi ini telah berubah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement