Senin 06 Apr 2015 17:33 WIB

Konsumsi Narkoba Korban Kejahatan Meningkat

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Sebuah penelitian teranyar di Australia menunjukkan tingkat konsumsi alkohol korban kejahatan kerap meningkat. Parahnya lagi, kebiasaan buruk itu dilakukan tanpa mereka sadari setelah mereka menjalani kejadian traumatis tersebut.

Riset yang bertujuan membantu mendukung pelayanan yang lebih baik dan lebih memahami obat-obatan apa saja yang sering digunakan oleh korban kejahatan dan masalah yang disebabkan oleh hal tersebut.
 
Di Adelaide, peneliti dari Universitas Flinders, Andrew Groves telah lama meneliti apa yang memotivasi penjahat. Saat ini dia menjadi bagian dari tim yang meneliti bagaimana korban kejahatan menjalani hidup mereka setelah mengalami penderitaan mereka.
 
"Ini merupakan riset yang sangat baru, pada beberapa hal ini memberikan dasar mengingat hingga kini sangat sedikit penelitian di seluruh dunia yang berkaitan dengan penyembuhan diri sendiri oleh korban kejahatan, " katanya baru-baru ini.
 
Para peneliti setuju untuk mengangkat topik ini setelah pihak Layanan Dukungan bagi Korban Kejahatan (VSS) di Adelaide menyaksikan meningkatkanya penggunaan narkoba oleh klien mereka.
 
David Kerr dari VSS mengatakan korban kejahatan kerap menjadi pihak yang terlupakan begitu sebuah peristiwa kejahatan berlalu,  karena lebih banyak perhatian diberikan untuk merehabilitasi pelaku.
 
"Kita mendapat banyak informasi mengenai pelaku dan masalah apa saja yang melatarbelakangi perilaku mereka dalam melakukan kejahatan dalam kaitannya dengan penggunaan narkoba, tapi sangat sedikit informasi yang kita ketahui mengenai korban,”katanya.
 
Sejauh ini, sekitar setengah dari responden dalam kajian ini mengaku konsumsi alkohol mereka meningkat pasca mereka menjadi korban kejahatan.
 
Hampir tiga perempat dari kelompok itu juga mengaku menggunakan lebih banyak obat-obatan penenang yang diresepkan dokter dibandingkan sebelumnya dan sejumlah responden dalam jumlah yang signifikan juga menggunakan dua atau lebih pengobatan lainnya.
 
Peneliti mengatakan banyak responden tidak menyadari konsumsi narkoba dan alcohol mereka meningkat hingga akhirnya mereka dimintai keterangan sebagai bagian dari penelitian ini.
 
Kerr mengatakan zat adiktif kurang mendapat perhatian di kalangan lembaga di seluruh dunia yang berurusan dengan korban kejahatan.
 
"Saya pikir masalah ini berada jauh dari radar untuk sebagian besar lembaga. Padahal ini jelas harus masuk ke radar mereka," katanya.
 
"Sekitar 50 persen orang yang menggunakan zat adiktif untuk mencoba dan mengontrol rasa sakit psikologis yang mereka rasakan.
 
"Masalah ini harus menjadi isu penting untuk siapa saja yang bekerja di sebuah biro korban kejahatan."
 
Dr Groves mengatakan temuan dari tim peneliti mendapat perhatian antar instansi yang mengadvokasi korban kejahatan dan Kerr mengatakan, hasil penelitian ini akan membantu lembaga mereka menyesuaikan program dukungannya.
 
"Salah satu hal yang kita [sekarang] sangat sadari adalah perlunya skrining penggunaan obat dan alkohol, [termasuk] obat-obatan terlarang," kata Kerr.
 
"Kita perlu tahu apakah seorang korban kejahatan meningkatkan penggunaan zat adiktifnya karena itu berdampak pada upaya konseling mereka.
 
"Kalau kita tahu mereka menggunakan zat adiktif maka kita dapat mengingatkan mereka tentang harapan mengenai masa depan, bahwa jika kita bisa secara efektif menangani gangguan stres pasca-trauma mereka maka episode lain dari kehidupan mereka juga akan meningkatkan juga."
 
Para peneliti mempelajari 75 orang korban kejahatan dan sejauh ini mereka bersedia untuk melibatkan diri dalam kegiatan pendampingan dengan korban kejahatan lainnya.
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement