Senin 06 Apr 2015 19:10 WIB

Obama Optimistis Kesepakatan Nuklir Iran akan Tercapai

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Presiden AS Barack Obama.
Foto: AP
Presiden AS Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Barack Obama menyatakan optimis, kesepakatan nuklir Iran akan tercapai. Ia membela perjanjian nuklir Iran, dan menyatakan kerangka kesepakatan merupakan kesempatan sekali seumur hidup.

Dalam wawancaranya pekan ini dengan The New York Times yang diterbitkan Ahad (5/4), Obama mengatakan ini merupakan periode yang sulit baginya. Obama mengakui, mengejar diplomasi dengan Teheran telah menyebabkan ketegangan dengan sekutu dekatnya Israel.

"Kami cukup kuat untuk dapat menguji proporsisi ini tanpa menempatkan diri dalam risiko," kata Obama.

Saat ini di tahun ketujuh periode pemerintahannya, Obama menyatakan pembicaraan Iran sebagai bagian dari doktrik kebijakan luar negeri yang lebih luas. Menurutnya kesepakatan ini penting, untuk mencegah Iran memproduksi bom nuklir dan membawa stabilitas jangka panjang di Timur Tengah.

Komentar presiden datang beberapa hari setelah AS dan negara kekuatan dunia lainnya mencapai kesepakatan tentatif, untuk mengekang program nuklir Iran. Kerangka tersebut membuka jalan bagi negosiator untuk mencapai kesepakatan akhir menjelang batas waktu 30 Juni.

Obama menyatakan, negosiasi akan menjadi cara paling efektif unuk menjaga Iran memperoleh senjata nuklir. Tapi Obama menegaskan ia akan membatalkan semua opsi jika Teheran melanggar ketentuan.

"Saya sudah jelas menyatakan Iran tak akan mendapatkan senjata nuklir dalam pengawasan saya, dan saya rasa mereka harus memahami bahwa kami sungguh-sungguh," ujar Obama.

Presiden mengatakan, ada banyak detail yang masih perlu dibahas dengan Iran. Ia juga memperingatkan bahwa ada hambatan nyata dalam mencapai kesepakatan kedua negara.

Obama juga menyatakan, sedang memulai upaya untuk meraih kembali kepercayaan anggota Kongres yang mulai skeptis dengan pembicaraan nulir Iran. Juru bicara Gedung Putih Eric Schulz mengatakan, Obama telah berbicara dengan empat pemimpin Kongres pada Jumat (3/4).

BBC News melaporkan pada Sabtu (4/4), Kongres yang berisi mayoritas Partai Republik skeptis kesepakatan nuklir akan tercapai. Mereka mengancam akan mengeluarkan atau menjatuhkan sanksi baru jika kesepakatan tak tercapai.

Republik yang mengontrol Kongres berencana meninjau kesepakatan sebelum mencabut sanksi. Obama mengancam akan memveto hal tersebut.

"Jika Kongres menghancurkan kesepakatan, tanpa menawarkan alternatif yang masuk akal, maka Amerika Serikat akan disalahkan atas kegagalan diplomasi ini," kata Schultz mengutip Obama.

Presiden Iran Hassan Rouhani telah bersumpah, akan mematuhi ketentuan perjanjian awal yang telah ditandatangani bersama enam kekuatan dunia. Namun dengan syarat, negara kekuatan dunia menurut Rouhani juga harus mematuhinya. Ia mengatakan, kesepakatan menandai perubahan hubungan Iran dengan dunia.

"Hari ini akan menjadi memori dalam sejarah Iran," ujar Rouhani.

Rouhani mengatakan, beberapa orang berpikir mereka harus melawan atau menyerah pada kekuatan dunia. Tapi ia mengatakan, Iran akan memilih pilihan ketiga untuk bekerja sama dengan kekuatan dunia.

Rouhani diperkirakan akan menghadapi kritikan keras dari kelompok konservatif Iran. Namun sejumlah ulama Iran memuji kesepakatan tersebut saat solat Jumat.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu memperingatkan, kesepakatan bisa menimbulkan bahaya besar khususnya bagi negaranya. Ia menyatakan, setiap kesepakatan Iran harus menyertakan pengakuan jelas Iran terhadap keberadaan Israel.

Berdasarkan ketentuan pada Kamis (2/4), Iran harus memangkas persediaan uraniumnya. Sebagai imbalannya, sanksi PBB dan sanksi lain oleh AS dan Uni Eropa secara bertahap akan ditangguhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement