Selasa 07 Apr 2015 10:13 WIB

Guru Inggris Tolak Jadi Informan bagi Siswa Mereka

Rep: C83/ Red: Ani Nursalikah
Aksi radikalisme (ilustrasi)
Foto: indianmuslimobserver.com
Aksi radikalisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Guru di Inggris menolak bekerja sebagai informan untuk melaporkan siswa mereka yang berisiko menjadi teroris.  Mereka mengatakan hal tersebut akan mengkriminalisasi anak-anak.

Staf sekolah antiterorisme mengatakan para guru yang menjadi informan akan diberikan tugas menginformasikan anak yang memiliki pandangan ekstremisme.

Namun, para guru menyampaikan keluhannya atas tugas tersebut pada forum National Union of Teachers. Para guru juga mengeluh karena diminta untuk menjadi garda terdepan melawan teroris dan ekstremisme.

Sekjen National Union of Teachers Inggris, Christine Blower mengatakan guru seharusnya mampu menciptakan suasana diskusi yang aman saat mendiskusikan ide-ide sehingga anak-anak tidak merasa apa yang mereka sampaikan membuat mereka berisiko melakukan tindakan ekstremisme. Hal itu termasuk saat mereka menyampaikan ketidaksukaannya akan  kartun Charlie Hebdo yang menghina Nabi.

"Ketika serangan terhadap wartawan Charlie Hebdo terjadi, murid Muslim yang pergi ke sekolah yang tidak merasa melakukan penyerangan tersebut mengatakan tersinggung oleh pembuat kartun. Gagasan ini  artinya seseorang dilarang mengatakan saya tersinggung oleh itu karena mungkin menargetkan mereka sebagai teroris potensial," ujar Blower seperti dilansir Onislam, Senin (6/4).

Di sisi lain, konservatif berpendapat melibatkan guru sebagai informan akan menjadi upaya sekolah mempromosikan nilai-nilai Inggris dan memerangi ekstremisme.

"Pertempuran melawan ekstremisme dimulai di sekolah dimana anak belajar menjadi aktif, ulet dan warga yang toleran," kata juru bicara konservatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement