Rabu 08 Apr 2015 12:07 WIB

Xi Jinping: Cina dan Vietnam Harus Selesaikan Konflik Perairan

Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: AP
Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan kepada pemimpin Partai Komunis Vietnam bahwa kedua negara harus mengatasi konflik Laut Cina Selatan dengan baik demi mempertahankan perdamaian dan stabilitas, demikian dilaporkan media pemerintah.

Kedua negara tersebut dibawah kekuasaan partai-partai komunis dengan perdagangan bilateral meningkat menjadi 50 dolar AS per tahun. Namun Vietnam sejak lama mencurigai negara tetangganya itu, terutama terkait klaim Beijing atas hampir seluruh kawasan Laut Cina Selatan.

Kekerasan anti-Cina meletus di Vietnam pada 2014 setelah sebuah kilang minyak laut dalam bernilai 1 miliar dolar AS milik BUMN perminyakan Cina CNOOC diletakkan di sebuah lokasi 240 km lepas pantai Vietnam di Laut Cina Selatan.

Namun sejak kejadian itu, Tiongkok berusaha memperbaiki hubungan dengan Vietnam, termasuk mengirim pejabat seniornya ke Hanoi. Dalam pertemuan di Balai Agung Rakyat di Beijing, Xi mengatakan kepada Nguyen Phu Trong, sekretaris jendral Partai Komunis Vietnam, bahwa kerja sama merupakan hal penting bagi kedua negara, demikian dilaporkan China News Service.

"(Kita) harus mematuhi konsensus penting yang telah dicapai para pemimpin kedua partai, bersama-sama mengatasi dan memantau konflik-konflik maritim, mempertahankan gambaran hubungan yang lebih luas, perdamaian serta stabilitas di Laut Cina Selatan," demikian laporan tersebut mengutip Xi dilansir Reuters, Rabu (8/4).

Trong mengatakan kepada Xi bahwa Vietnam sangat mementingkan hubungan baik dengan Cina, yang merupakan kebijakan strategis jangka panjang Hanoi, kata laporan itu.

Kantor berita Xinhua dalam sebuah artikel menjelang kunjungan tersebut mengatakan kedua negara berhasil mengatasi masa-masa sulit dalam konflik Laut Cina  Selatan, namun memperingatkan munculnya masalah di depan.

"Beberapa pihak luar, untuk alasan yang egois, menggali setiap kemungkinan untuk menebar pertentangan antara keduanya, sementara beberapa dalam lingkaran Vietnam terdelusi oleh provokator luar dan menjadi kaki tangan," imbuhnya.

Vietnam memperkuat hubungan militer dengan musuh lamanya Amerika Serikat sejak konflik Laut Cina Selatan memanas setelah Xi kembali berkuasa pada 2013, dan Vietnam juga menggandeng Filipina bersama menghadapi Cina dalam sengketa tersebut.

Cina mengklaim sekitar 90 persen wilayah Laut Cina Selatan, dan menunjukkan klaimnya itu dalam peta resmi menggunakan sembilan garis putus-putus yang membentang jauh hingga ke jantung perairan Asia Tenggara.

Filipina, Malaysia, Brunei dan Taiwan juga mengklaim sebagian wilayah perairan yang kaya sumberdaya energi itu dan dilintasi oleh jalur pelayaran internasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement