REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Anwar Abbas mengatakan rezim Abdel Fattah el-Sisi menggunakan keputusan pengadilan untuk memberangus musuh politiknya. Hal itu dilakukan presiden Mesir tersebut dengan menjatuhi hukuman mati kepada aktivis Ikhwanul Muslimin (IM).
"Bahkan mereka tidak segan-segan memberangus dan membunuh musuh-musuh politiknya melalui cara lewat keputusan pengadilan yang sudah tidak netral," ujar Abbas kepada Republika, Ahad (12/4).
Pengadilan Mesir telah memberikan konfirmasi mengenai hukuman mati pemimpin IM, Mohammed Badie. Hukuman mati juga akan dilayangkan pada 13 anggota IM lainnya atas tuduhan melancarkan serangan terhadap negara.
Menurut Anwar, sikap dan cara-cara yang ditempuh oleh rezim Al-Sisi yang mengintervensi pengadilan harus ditolak dan patut untuk dikutuk. Abbas menambahkan cara rezim Al-Sisi yang mengintervensi pengadilan merupakan bukti dari rezim tersebut tidak lagi menghormati nilai-nilai demokrasi.
Dia menyatakan, pemerintahan Islam haruslah menjunjung tinggi demokrasi. Dia mengatakan, hendaknya Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan masyarakat dunia bersama-sama menyerukan kehidupan demokrasi di Mesir. Tujuannya agar oemerintahan Mesir dapat berubah menggunakan cara-cara yang manusiawi.
"Kita mengimbau PBB dan masyarakat dunia untuk mengembalikan kehidupan demokrasi di Mesir dan menghentikan pembunuhan oleh rezim Sisi terhadap tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin yang menjadi musuh mereka dengan berlindung dibalik undang-undang yang ada," katanya.