REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Organisasi HAM internasional (HRW), pada hari Senin (13/4), menuduh permukiman-permukiman Israel di Tepi Barat telah melakukan pelanggaran hukum internasional. Mereka disebut mengambil keuntungan dari para anak Palestina di bawah umur untuk berkerja di ladang mereka.
Dikatakan, para anak Palestina diperkerjakan di Lembah Yordania. Kebanyakan dari anak Palestina masih berusia sekitar 11 tahun. Mirisnya, para anak tersebut dibayar dengan upah yang rendah, padahal kondisi kerja yang dihadapi sangatlah berbahaya.
Dalam laporan 74 halaman itu, organisasi yang berbasis di New York itu juga menyebutkan, ratusan anak bekerja bawah terik matahari yang panas, mereka pun harus mengangkut barang dengan muatan berat serta menghirup zat berbahaya pestisida.
HRW sendiri telah mewawancari 38 anak dan 12 orang dewasa dari berbagai komunitas Palestina di Lembah Yordania. Menurut laporan tersebut, anak-anak Palestina seringkali ke luar dari sekolah untuk memetik, membersihkan dan mengepak sayur-mayur.
Salah seorang anak Palestina, F (13 Tahun) menuturkan, ia mendapatkan upah rendah selama bekerja di peternakan dan perkebunan di Lembah Yordania. Bocah yang berasal dari sebuah desa miskin di tepi baat Jericho, al-Fasayil itu dalam sehari bekerja selama 10 jam. Upah yang didapatkannya pun hanya 50 shekel atau sekitar 12,5 Dolar AS. Tapi, itu bukan hasil bersih, upahnya harus dipotong oleh seorang perantara.
Anak pertama dari lima bersaudara itu memilih meninggalkan bangku sekolah dan menjadi tulang punggung keluarganya, karena penghasilan ayahnya belum bisa menutupi kebutuhan mereka selama ini.
"Kerja lebih baik dari sekolah. Keluarga membutuhkan saya untuk bekerja," jelas F seperti yang dikisahkan Aljazirah.
F hanyalah satu dari anak palestina yang bekerja di Israel dengan upah yang rendah dengan iklim kerja yang berbahaya. F tumbuh tak seperti anak-anak seusianya. Dia harus tunduk kepada aturan keras, kerja atau tidak mendapatkan uang.
Dalam laporan HRW yang berkisah tentang buruh anak di bawah umur itu setidaknya menampilkan sisi lain dari dampak perang antara Israel dan Palestina dan korbannya adalah anak-anak. "Dalam beberapa kasus, mereka harus membayar sendiri untuk perawatan medis, dan luka karena pekerjaan itu," kata laporan HRW.
Angka kemiskinan di Lembah Yordan mencapai 33,5 persen dan merupakan tertinggi di Tepi Barat. Kemisikinan tersebut juga menjadi alasan para anak Palestina tidak bersekolah dan lebih memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
"Pemukiman Israel yang mengambil keuntungan dari pelanggaran hak asasi terhadap anak-anak Palestina," kata Aktivis HAM di Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson, direktur kelompok Timur Tengah dan Afrika Utara.