REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Teka-teki bagaimana Iran menangkap pesawat tercanggih Amerika Serikat RQ-170 Sentinel masih menjadi misteri.
AS mengklaim pesawat itu mengalami malfungsi, sementara Iran tidak secara jelas menjelaskan ke publik bagaimana negara ini menangkapnya.
Bila dengan menembak, senjata apa yang dipakai? atau bila dengan senjata elektronik, bagaimana cara kerjanya? (Baca: Suka atau Tidak, Iran Negara Kuat di Bidang 'Drone')
Seorang ilmuwan kelahiran Iran, Mehran Tavakoli Keshe, seorang inovator teknologi Magrav Technology (Magnetic and Gravitational Field) mengklaim Iran menggunakan teknologinya untuk menaklukkan drone AS tersebut.
Klaim, yang dibuat beberapa tahun lalu itu, diperkuat oleh keterangan di situs yayasannya keshefoundation.org.
"Drone militer AS, yang memata-matai wilayah Iran, ditangkap oleh Iran pada 4 Desember 2011. Drone ini tidak hancur, tidak ditembak di udara, tapi dengan selamat ditangkap oleh pesawat Iran, yang menggunakan teknologi Keshe," tulis web tersebut.
Teknologi Keshe atau Magrav ini merupakan teknologi anti-gravitasi yang banyak pihak menganggapnya sebagai 'hoax'. Tapi ada juga yang menganggapnya sebagai teknologi yang masih dirahasiakan.
Di situs Youtube, Keshe mempunyai banyak promosi mengenai teknologinya, tapi sayangnya tidak banyak ulasan kredibel yang mendukung maupun menolak teknologi ini.
Dengan alasan telah mendapat ancaman, pihak Keshe disebut telah menyebarkan dasar-dasar teknologi ini ke beberapa negara menjaga ilmu tersebut tidak hilang bersama dengan kematiannya.
Melalui yayasannya di atas, dia terus mempromosikan hasil karyanya, khususnya reaktor plasma.
Sampai saat ini banyak yang skeptis dengan kebenaran teknologi Keshe. Tapi ada juga yang berkeyakinan bahwa teknologi itu dapat diaplikasikan, hanya saja 'politik dunia' dinilai belum mendukung implementasi teknologi itu, seperti halnya kasus mobil listrik versus mobil berbahan bakar minyak.