REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pendapatan dari musik digital menyamai penjualan album fisik dan keping (CD) untuk pertama kalinya pada 2014, sebuah badan industri global mengatakan Selasa (14/4).
Laporan tahunan Federasi Internasional Industri Fonografi (IFPI) menunjukkan bahwa penjualan digital dan fisik masing-masing mencapai 46 persen dari 14,97 miliar dolar AS pendapatan musik global. Sisanya adalah pendapatan dari hak pertunjukan dan sinkronisasi.
Format piringan hitam telah bangkit kembali dan sekarang mencakup 2 persen pendapatan. Pendapatan total turun 0,4 persen dari 2013, namun grup itu mengatakan gambaran keseluruhan industri masih positif.
Federasi itu mengatakan peningkatan layanan musik berlangganan mendorong pertumbuhan digital, dan ada "potensi pertumbuhan substansial yang belum terjamah" dalam sektor penyiaran berbayar atau paid-for streaming.
Kepala eksekutif IFPI, Frances Moore mengatakan, perusahaan-perusahaan musik mencatat jalur pertumbuhan tahunan yang berkesinambungan.
Namun ia mengatakan industri kehilangan pendapatan karena beberapa sarana seperti YouTube dikecualikan dari undang-undang hak cipta yang berlaku bagi layanan penyiaran musik seperti Spotify, meski memiliki jauh lebih banyak pengguna.
Moore mengatakan aturan harus diubah untuk mengatasi kesenjangan nilai ini. "Ini bukan sesuatu yang bisa diperbaiki industri, ini harus diatasi oleh pemerintah," ujarnya.
YouTube mengatakan "kami membayar ratusan juta dolar untuk industri musik setiap tahun, telah berurusan dengan ratusan perusahaan independen dan besar di seluruh dunia, dan menyediakan pemegang hak alat untuk mengontrol karya hak cipta mereka."
Laporan itu juga menyebut album yang paling laris tahun ini, yaitu album lagu-lagu dari film "Frozen" yang terjual 10 juta keping. "Happy" dari Pharrell Williams merupakan lagu terlaris, terjual 13
Ikuti Whatsapp Channel Republika
