Kamis 16 Apr 2015 14:48 WIB

Korsel Kenang Tragedi Sewol

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Rescue boats sail around the South Korean passenger ship ''Sewol'' which sank, during their rescue operation in the sea off Jindo, April 17, 2014.
Foto: Reuters/Kim Kyung-hoon
Rescue boats sail around the South Korean passenger ship ''Sewol'' which sank, during their rescue operation in the sea off Jindo, April 17, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Duka dan kesedihan masih menyelimuti Korea Selatan meski satu tahun telah berlalu sejak kapal feri Sewol tenggelam. Air mata masih mengalir deras dari para keluarga korban tewas.

Korea Selatan memperingati satu tahun tragedi Sewol dengan mengadakan upacara mengenang para korban, Kamis (16/4). Lebih dari 250 korban dari 340 korban tewas adalah siswa dari sekolah di kota Ansan.

Dikutip BBC, beberapa peringatan berkabung digelar di seluruh negeri, dua terbesar di antaranya di kota Ansan. Upacara pribadi juga akan digelar di sekolah para korban pada malam hari.

Menteri Dalam Negeri Jeong Jong-seop mengatakan lebih dari 300 organisasi dan pemerintah lokal akan melakukan upacara mengenang para korban. Bendera dikibarkan setengah tiang di kota Ansan.

Pada Kamis pagi, Perdana Menteri Lee Wan-koo datang ke sana namun tak bisa memasuki gedung memorial. Keluarga korban menunjukkan kemarahan mereka dengan mengusir Lee.

Ratusan orang juga tampak berkumpul di pelabuhan Paengmok sambil mengenakan pakaian serba hitam. Mereka menabur bunga dan berdoa, mengenang para korban dengan mendirikan sebuah area penuh lilin dan pita kuning.

Doa malam juga digelar di Seoul yang selama ini jadi tempat protes. Insiden Sewol telah menuai kritik yang meluas secara nasional. Masyarakat sangat menyesalkan rendahnya upaya penyelamatan yang dilakukan pemerintah.

Dalam peringatan satu tahun, Presiden Korsel, Park Geun-hye tampak ingin menghapus rasa sesalnya. Ia berjanji akan mengangkat bangkai kapal dari dasar perairan.

''Saya akan mengambil langkah penting untuk menyelamatkan kapal,'' kata Park di pelabuhan Jindo.

Pemerintah mengatakan tindakan tersebut akan menguras biaya hingga 110 juta dolar AS.

Namun keluarga mendesak kapal harus diangkat sehingga sisa jenazah bisa dievakuasi. Hingga saat ini, masih ada sembilan orang yang belum ditemukan.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement