REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Militan ISIS dan pasukan keamanan terlibat bentrokan keras di area kilang minyak terbesar di Irak, Kamis (16/4). Serangan ISIS tersebut menyusul keuntungan besar yang mereka di bagian barat negara tersebut baru-baru ini.
Seorang sumber di komando operasi militer mengatakan satu batalion tentara Irak telah tiba di sana untuk membantu mempertahankan kilang minyak Baiji. Ia mengatakan pasukan mencegah militan mengambil alih infrastruktur utama.
''Kilang minyak sudah tidak berisiko lagi sekarang,'' kata pejabat tinggi militer AS, Jenderal Martin Dempsey pada wartawan. Meski demikian, ia menyatakan pasukan masih berjaga mencegah militan masuk area.
Perdana Menteri Haider al Abadi mengatakan militan ingin mengirim pesan setelah kehilangan Tikrit. ''Saya pikir mereka ingin menunjukan bahwa meskipun Irak menerima banyak dukungan, mereka akan tetap menyebabkan kerusakan,'' kata Abadi di Washington.
Ia sedang dalam kunjungan ke AS untuk mencari dukungan persenjataan. Abadi mengatakan pasukannya akan memprioritaskan pertempuran di Baiji dan Anbar.
Sementara Dempsey mengatakan Baiji lebih strategis dari Anbar karena infrastruktur minyak Baiji sangat kritis. Meski demikian, ia berharap bisa menyelamatkan Anbar setelah militan menyerang ibukotanya, Ramadi pada Rabu.
''Saya lebih suka Ramadi tidak jatuh tapi jika jatuh, maka itu bukan akhir. Kita akan mendapatkannya kembali,'' kata kepala staf gabungan tersebut di Pentagon.