REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Seorang perempuan Amerika Serikat di kota Karachi, Pakistan, Kamis (16/4) terluka akibat ditembak pria yang mengaku sebagai militan. Pelaku tersebut meninggalkan selebaran di mobil yang menyatakan mereka menargetkan perempuan tersebut karena dia warga Amerika.
Sejumlah pria bersenjata mengendarai sepeda motor dan menembak Debra Lobo pada bagian wajah dan tangannya. Petugas polisi Pir Muhammad Shah mengatakan, empat orang menembak Lobo saat dokter tersebut berangkat ke tempat kerjanya di sebuah perguruan tinggi medis.
Lobo yang telah 30 tahun tinggal di Pakistan tersebut, kini menjalani perawatan di rumah sakit. Ia menderita dua luka tembak.
Shah mengatakan, selebaran yang ditemukan di mobil Lobo mengklaim penyerang sebagai bagian dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Selama ini sejumlah militan Pakistan memang diketahui telah menyatakan setia pada ISIS.
Namun Wakil Inspektur Polisi Nasir Lodhi mengatakan, masih belum jelas apakah kelompok penyerang tersebut benar militan atau orang yang menyamar sebagai militan. Sebab pelaku kejahatan di Pakistan kerap mengaku sebagai militan.
Warga Amerika kerap menjadi target penyerangan di Pakistan. Sebelumnya, kontraktor AS Warren Weinstein diculik di kota Lahore pada 2011.
Mahkamah Agung Pakistan di hari yang sama dengan insiden penembakan telah menghentikan eksekusi mati enam tersangka yang dihukum oleh pengadilan militer. Keenamnya dihukum atas berbagai tuduhan mulai dari terorisme, bom bunuh diri hingga penculikan dengan tebusan.
Keputusan Mahkamah Agung tersebut mengikuti petisi yang diajukan oleh organisasi pengacara. Mereka menantang amandemen konstitusi baru yang memungkinkan pengadilan militer untuk mengadili para tersangka atas tuduhan teror.
Pengadilan menunda sidang hingga 22 April mendatang. Penundaan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pemerintah untuk menyerahkan jawabannya.
Hukuman mati pada keenam terpidana dijatuhkan pada awal April. Ini menandai putusan pertama sejak Pakistan mencabut moratorium hukuman mati pada Desember. Seperti diketahui, pencabutan moratorium tersebut dilakukan setelah insiden penyerangan di sekolah Peshawar yang menewaskan 150 orang.