REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah observatorium anti-rasisme Perancis mengatakan, pascapenyerangan Charlie Hebdo, terjadi peningkatan Islamofobia di Prancis hingga enam kali lipat dibandingkan tahun 2014. Peningkatan ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam serangan Islamofobia di Perancis selama tiga bulan pertama 2015.
"Tidak pernah sejak berdirinya Observatory pada tahun 2011 memiliki tindakan Islamofobia dikenal ledakan seperti tindakan atau ancaman, terutama pada jaringan sosial," ujar kepala Observatorium, Abdallah Zekri seperti dilansir dalam onIslam (18/4).
Menurut Zekri, tindakan Islamofobia melonjak 500 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011.
Dia menambahkan, dari 222 tindakan anti-Muslim pada kuartal pertama tahun 2015, jumlah serangan didokumentasikan adalah 56, sedangkan 166 diidentifikasi sebagai ancaman.
Setelah serangan Charlie Hebdo, National Observatory Against Islamofobia mengatakan, lebih dari 100 insiden telah dilaporkan ke polisi.
Zekri berpendapat, muslim Perancis tidak berhak untuk bertanggungjawab atau disalahkan terhadap aksi teror Charlie Hebdo. Ia juga mengkritik, sikap diam politikus Perancis terhadap meningkatnya Islamofobia ini.
"Kejahatan-kejahatan mengerikan dan menakutkan tidak bisa dibenarkan, dalam keadaan apa pun, peningkatan drastis kebencian atau dendam terhadap Muslim di Perancis," tegas Zekri.
Perancis adalah rumah bagi tujuh juta Muslim. Jumlah muslim di Perancis ini merupakan yang terbesar di Eropa.