Ahad 19 Apr 2015 18:15 WIB

Amerika Latin Dukung Kemerdekaan Palestina

Rep: c33/ Red: Bilal Ramadhan
Para pemimpin Amerika Latin (dari kiri): Presiden Cile Sebastian Pinera, Presiden Uruguay Jose Mujica, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Argentina Cristina Fernandez, Presiden Paraguay Fernando Lugo, dan Presiden Bolivia Evo Morales.
Foto: AP
Para pemimpin Amerika Latin (dari kiri): Presiden Cile Sebastian Pinera, Presiden Uruguay Jose Mujica, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Argentina Cristina Fernandez, Presiden Paraguay Fernando Lugo, dan Presiden Bolivia Evo Morales.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Kampanye Global untuk mengembalikan kemerdakaan Palestina dimulai sejak Jumat (17/19) di ibukota Venezuela, Caracas. Kongres dengan delegasi dari serangkaian negara-negara regional ersebut merupakan yang pertama bagi Amerika Latin.

"Gaya kepemimpinan Amerika Latin menunjukkan bagaimana negara-negara lain dapat berkolaborasi untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Palestina," kata koordinator kongres Amerika Latin Suhail Assad seperti dikutip oleh jaringan televisi TeleSUR.

Ia mengatakan bahwa konflik itu pada dasarnya bukan urusan agama melainkan politik. Assad memuji Venezuela untuk memberikan 1.000 beasiswa kepada pemuda Palestina sementara seluruh dunia hanya memberikan 800 beasiswa.

Sementara duta besar Palestina untuk Venezuela, Linda Sobeh Ali, mengatakan negara Amerika Latin telah menjadi titik fokus bagi perjuangan Palestina di Amerika Latin. Kongres ini akan mengembangkan solidaritas antara Palestina dan Amerika Latin, untuk mengakhiri konsensus tentang rencana dan proyek-proyek untuk mendukung rakyat Palestina, dan berkontribusi untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan.

Kampanye hak kemerdekaan bagi Palestina didirikan dua tahun lalu oleh aktivis global. Fokusnya terletak pada nasib pengungsi Palestina dan wilayah Israel yang diduduki. Venezuela telah lama menjadi pembela gigih Palestina termasuk negara-negara lain dari daerah dengan pemerintahan kiri semisal Argentina, Ekuador, dan Kuba. Keempat negara tersebut turut mengambil bagian ditambah kekuatan regional Meksiko dan Chili.

Beberapa pernyataan di kongres menarik kesejajaran antara kebuntuan ketegangan antara Palestina dan Israel. Hal itu gambarkan sebagai perjuangan melawan imperialisme oleh pemerintahan Sosialis Presiden Nicolas Maduro.

Maduro telah berulang kali menuduh Amerika Serikat berperang ekonomi dan politik untuk menggoyahkan pemerintah. Meskipun kritik mengatakan gagalnya kebijakan ekonomi dan tindakan keras terhadap kebebasan telah menyebabkan keadaan mengerikan saat negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement