REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim Jaafari dalam Pertemuan Pejabat Tingkat Tinggi (Senior Official Meeting) kawasan Asia-Afrika menyatakan negaranya membutuhkan bantuan pada sektor keamanan, militer dan persenjataan, khususnya di bidang persenjataan udara.
"Kami juga membutuhkan adanya informasi intelijen dan dukungan-dukungan kemanusiaan dari berbagai negara termasuk Indonesia, karena kami punya sekitar dua juta pengungsi," katanya di Jakarta, Ahad (19/4).
Menlu Jaafari mengatakan hal tersebut dalam kaitannya dengan upaya bersama penanggulangan terorisme global dan kelompok radikal, seperti "Negara Islam" (IS/ISIS).
Bantuan-bantuan kemanusiaan yang telah disebutkan sebelumnya, dibutuhkan oleh Irak dalam kaitannya dengan isu mengenai Negara Islam (IS).
"Sehingga apabila IS merusak wilayah kami, disitulah letaknya bantuan yang kami butuhkan," kata Menlu Jaafari.
Selain itu, dia juga menyerukan pendekatan budaya dalam menghadapi isu besar terkait IS.
"Pertama-tama, kita harus mengetahui bahwa latar belakang pemikiran IS dimulai dari pemikiran IS sendiri," ucapnya.
Perlu ada sosialisasi yang mengangkat nilai Islam yang cinta sesama dan toleran terhadap pendapat yang berbeda, sekaligus perlu menghabisi pemikiran salah tentang agama Islam.
Peringatan 60 Tahun KAA digelar di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April. Pada 19 April diadakan Pertemuan pejabat tingkat tinggi kawasan Asia-Afrika. Kemudian, dilanjutkan dengan Pertemuan Tingkat Menteri pada 20 April. Pada 21-22 April, diselenggarakan Pertemuan Puncak Bisnis Kawasan Asia-Afrika (Asian-African Business Summit).
Selanjutnya pada 22 April digelar pelaksanaan KTT hari pertama. Pada 23 April pelaksanaan KTT hari kedua, dan direncanakan akan ada jamuan makan malam oleh Presiden Joko Widodo untuk para kepala negara dan kepala pemerintahan . Pada 24 April, hari terakhir rangkaian pelaksanaan KAA, akan dilakukan napak tilas (historical walk) KAA oleh para kepala negara di Bandung.