Selasa 21 Apr 2015 02:29 WIB

Operasi Penyelamatan Kapal Imigran yang Karam Dilipatgandakan

Rep: C21/ Red: Indira Rezkisari
Petugas pengawas pantai Yunani melihat kapal imigran yang karam di teluk dekat Pulau Rhodes, Yunani.
Foto: Reuters
Petugas pengawas pantai Yunani melihat kapal imigran yang karam di teluk dekat Pulau Rhodes, Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDITERANIA – Operasi penyelamatan di laut Mediterania dilipatgandakan menjadi dua kali lipat. Sebuah tubuh dibawa kedarat, dan diperkirakan sekitar 900 orang dikhawatirkan tewas dalam kapal yang karam sedang mengadakan perjalanan dari pantai utara Afrika ke Eropa. Operasi ketiga dilakukan pada hari Senin (20/4).

“Sebanyak 900 orang mungkin telah tewas dalam bencana pada hari Ahad,” ujar Perdana Menteri Uni-Eropa, Malta Josepth Muscat, dikutip dari Reuters, Selasa (21/4). Tragedi ini, menjadi yang tertinggi di zaman modern antara imigran yang diperdagangkan dengan puluhan ribu kapal reot di Mediterania.

Karena jumlah kematian yang besar Menteri Uni-Eropa, mengadakan pertemuan untuk membahas krisis ini di Luxembourg, dan melakukan hening cipta karena musibah ini. Selain itu Komisi Eropa, mempresentasikan rencana 10 titik untuk mengatasi krisis dengan nama “Triton”, sebuah operasi angkatan laut Uni Eropa di Mediterania.

Namun, operasi besar-besaran ini, akan mengeluarkan dana tidak sedikit dari pihak oposisi dikhawatirkan akan menarik banyak Imigran untuk menyeberang.

Italia dan Malta bekerja untuk menyelamatkan dua perahu imigran yang berpenumpang 400 orang di lepas pantai Libya, Senin (20/4). Kemudian ratusan kilometer (mil) ke timur, penjaga pantai sedang berjuang untuk menyelamatkan puluhan imigran dari kapal lain yang hancur setelah kandas di lepas pulau Yunani Rhodes.

“Sedikitnya tiga orang tewas di sana,” kata penjaga pantai Yunani. Gambar-gambar televisi juga menunjukkan korban menempel di puing-puing yang mengambang sementara penyelamat menarik mereka dari gelombang.

“Penyelundupan Imigran tidak ubahnya seperti perdagangan budak Afrika seperti berabad-abad yang lalu,” kata Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi sedikit membandingkan dengan sejarah.

Para pejabat Eropa berjuang untuk datang dengan kebijakan untuk merespon lebih manusiawi untuk eksodus migran melalui laut dari Afrika dan Asia ke Eropa, tanpa memburuknya krisis dengan mendorong lebih banyak untuk meninggalkan. "Jika Anda hanya mengatur pencarian dan penyelamatan, penjahat yang mendapatkan pengungsi di papan akan mengirim lebih banyak kapal,” kata Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere.

Kemudian, Kanselir Angela Merkel mengatakan, bahwa di samping upaya untuk memerangi perdagangan manusia, sebuah keharusan untuk menyelamatkan orang-orang di laut. "Kami akan melakukan segalanya untuk mencegah korban lebih lanjut dari binasa dengan cara yang paling menyakitkan di depan rumah kami," tegasnya.

Tenggelamnya kapal di pantai Lybia pada Ahad (20/4), menarik sebuah kapal yang lewat untuk berdagang. Seorang saksi mata berwarganegaraan Bangladesh, memberitahu polisi tidak kurang dari 950 penumpang kapal terkunci di dalam dek bawah. Namun, para pejabat terkait menjelaskan itu adalah angka perkiraan informal.

Penjaga  pantai di Ibu Kota Malta Valetta, menyatakan baru 24 mayat yang ditemukan. Mayat-mayat tersebut di ditutup dengan kain putih mereka, untuk disimpan di dalam mobil jenazah sebagai korban dari dek.

Sebuah perahu membantu dengan mengirimkan perahu untuk membawa 28 korban ke pelabuhan port Sisilia Catania. Sedangkan di Yunani lebih dari 90 orang diselamatkan dari perahu rusak di lepas pantai Rhodes oleh penjaga pantai. Menurut seorang pejabat penjaga pantai, mereka telah menemukan tiga mayat sejauh ini, seorang pria, seorang wanita dan seorang anak.

Kejadian ini mendapatkan tanggapan dari kepala hak asasi manusia PBB dan Paus Francis, untuk lebih banyak kasih sayang. Kemudian Direktur Italia IOM Federico Soda menyerukan harus ada misi untuk operasi Italia yang akan diluncurkan segera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement