REPUBLIKA.CO.ID, MEDITERANIA -- Darurat imigran yang menyeberangi Laut Mediterania, mendapat tanggapan serius dari sejumlah pihak. Salah satunya adalah Menteri Luar Negeri Uni-Eropa, yang melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak terkait.
Selain itu, Direktur Eropa dan Asia Tengah Amnesty International, John Dalhuisen, meminta pemerintah Eropa pada hari Senin (20/4) memprioritaskan pengaturan pencarian dan penyelamatan rencana segera untuk mencegah korban tewas meningkat untuk imigran yang mencoba menyeberangi Laut Mediterania.
"Uni Eropa dan para pemimpin Eropa telah berulang kali berbicara tentang perlunya pendekatan holistik untuk krisis ini, bekerja sama dengan negara-negara asal dan transit, dan keras atas penyelundup manusia," kata Dalhuisen, dikutip dari Aljazirah, Selasa (21/4). "Ini penting, tetapi prioritas utama harus keamanan pengungsi dan Imigran yang akan terus membuat perjalanan berbahaya dari Laut Mediterania ke Eropa."
Di tahun 2015 tercatat 1.500 imigran tenggelam. Lalu, bertambah dengan adanya musibah yang baru-baru ini terjadi. Sekitar ratusan imigran diduga tenggelam saat perahu mereka terbalik pada Ahad (19/4), di lepas pantai Libya.
Organisasi Migrasi Internasional (IOM) mengatakan telah menerima panggilan darurat pada Senin (20/4), setelah sehari sebelumnya ada perahu yang tenggelam di wilayah yang sama. Kemudian sekarang, sedikitnya 20 imigran dikhawatirkan tewas setelah insiden yang melibatkan kapal karam di lepas pantai Lybia.
Sebelumnya, Senin (20/4), sebuah kapal kandas di wilayah tersebut. Tapi, 83 orang berhasil diselamatkan oleh penjaga pantai Yunani, yang menemukan tiga orang tewas.
Basis IOM yang berada di Swiss telah melaporkan kapal yang tenggelam diperkirakan ada sekitar 300 orang di dalamnya, menurut si penelpon yang menghubunginya. Kemudian penjaga pantai mencoba untuk memverifikasi panggilan dan dimana lokasi perahu tersebut.
Operasi penyelamatan
Ketakutan Pemerintah Eropa yang tidak ingin mendanai operasi penyelamatan timbul karena adanya lebih banyak pengungsi yang datang ke Eropa maupun sekedar melewati teritorialnya. Namun, Presiden Parlemen Eropa, Martin Schulz mengatakan, Eropa bisa berbuat lebih banyak lagi.
"Ini adalah rasa malu dan pengakuan kegagalan berapa banyak negara melarikan diri dari tanggung jawab dan betapa sedikit uang yang kita berikan untuk misi penyelamatan,” ujarnya, William Lacy Swing, kepala IOM, juga mendesak negara-negara Eropa untuk mendukung operasi penyelamatan Italia atau dikenal dengan nama Mare Nostrum, yang proyeknya dihentikan tahun lalu karena biaya operasi yang tinggi.
Sejarah singkat dari Mare Nostrum sendiri, dibuat setelah lebih dari 350 orang tenggelam di Lampedusa pada Oktober 2013, yang berhasil menyelamatkan 130.000 orang tahun lalu.
Kemudian, kepala kebijakan luar negeri Uni-Eropa, Federica Mogherini mengatakan dia bertekad untuk membangun "akal sehat tanggung jawab" untuk mengatasi krisis dan para pemimpin Uni-Eropa sedang mempertimbangkan sebuah pertemuan darurat di Brussels pekan ini.
“Ini adalah Uni-Eropa. Kewajiban moral untuk berkonsentrasi tanggung jawab kita sebagai orang Eropa untuk mencegah tragedi semacam ini terjadi lagi dan lagi," kata Mogherini sebelum pertemuan di Luksemburg, Senin (20/4).